Cara Memilih Agama

>
Cara Memilih Agama - Tahukah Kamu? Agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah dunia spiritual. Jadi agama bukanlah sekedar sikap seseorang terhadap dunia fisik (duniawi) tetapi juga termasuk dunia spiritual (kesucian, kemuliaan, cinta kasih, dan lain-lain). Banyak orang tidak mau pusing-pusing dalam memilih agama dengan menelaah, mencari apa yang dikatakan itu benar ataukah tidak. Bagaimanakah sikap yang benar untuk menerima sebuah agama, dan bagaimanakah caranya untuk memutuskan ajaran mana yang benar?

Cara Memilih Agama

Ajaran Buddha

Ayo mengamati tempat ibadah agama yang disahkan oleh Pemerintah Indonesia. Perlu diketahui bahwa perubahan kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi agama, membuat banyak bermunculan agama-agama yang menawarkanajaran-ajaran dengan banyak perbedaan meskipun pada intinya mengajarkan keselamatan serta kebahagiaan duniawi dan surgawi. Agama yang dianggap agama tertua dianut manusia berasal dari lembah Hindustan yang pada awalnya disebut dengan Brahmanisme tetapi kemudian dikenal dengan nama Agama Hindu.
Cara Memilih Agama
Cara Memilih Agama

Kemudian muncullah agama-agama lain seperti Yudaisme; Buddhisme; Kristenitas; Islam; Sikhisme; juga kepercayaan-kepercayaan di antaranya: Konfusianisme; Taoisme; Zoroastrianisme; Shintoisme; dan kepercayaan Baha’i.

Agama awal yang masuk ke Indonesia adalah Hindu dan Buddha, kemudian Islam, Kristen, yang kemungkinan juga masuk Konfusianisme dan Taoisme di sela-sela masuknya pengaruh agama-agama awal tersebut. Negara Indonesia adalah negara yang berasaskan Pancasila dan bukan negara agama. Berdasarkan sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, serta Pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945 yang berbunyi:
  1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 
Negara mengijinkan dan melindungi penduduk untuk menganut salah satu agama yang diakui di Indonesia. Sejak awal masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia, sampai sekarang terdapat enam agama yang dianut penduduk Indonesia dan diakui oleh pemerintah.

Agama-agama tersebut diakui karena memenuhi kriteria suatu agama yaitu:
  1. Mengajarkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  2. Mempunyai pendiri;
  3. Mempunyai kitab suci;
  4. Mempunyai umat;
  5. Mempunyai tempat ibadah; dan
  6. Mempunyai kegiatan ritual.
Agama-agama yang diakui pemerintah adalah:
  1. Islam;
  2. Kristen;
  3. Katolik;
  4. Hindu;
  5. Buddha; dan
  6. Kong Hu Chu (Konfusianisme)
Agama-agama tersebut mengajarkan kebaikan dan kebahagiaan duniawi maupun surgawi. Agama-agama tersebut memiliki ciri khas dan ruang lingkup ajaran sendiri-sendiri dalam membimbing umatnya untuk mendapatkan kebahagiaan.

Ruang lingkup semua ajaran agama adalah mengajarkan tentang keyakinan dan kemoralan, ibadah atau ritual, maupun ketaatan. Agama mengajarkan umatnya agar memiliki keyakinan dengan mengedepankan kemoralan. Ajaran keyakinan dan kemoralan ini mengharapkan manusia menjadi bersusila, berbudi, beretika, dan bijaksana sehingga dapat menciptakan hidup bermasyarakat,  berbangsa, dan bernegara yang rukun dan damai. Ajaran keyakinan dan kemoralan inilah yang dijadikan manusia sebagai landasan dalam segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan, dan pegangan hidup. Setiap agama juga mengajarkan ibadah atau ritual sebagai bentuk bakti manusia kepada agama dan Tuhannya. Melalui ajaran-ajaran agama, manusia akan patuh pada ajaran agama dan tidak melakukan hal yang dianggap tidak baik oleh agama.

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan. Sebelum mengenal adanya makhluk adi kodrati yang dianggap sebagai pengatur dan pencipta alam semesta dan segala isinya yaitu Tuhan, manusia memiliki kepercayaan dengan menyembah alam dan fenomenanya. Munculnya kepercayaan tersebut karena adanya kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari kekuatan yang ada pada diri manusia, sehingga mereka mencari lebih dalam dari mana asal kekuatan yang ada pada alam. Ketika tidak dapat menemukan asal kekuatan inilah, akhirnya manusia mulai menyembah alam dengan beranggapan bahwa kekuatan alam sangat luar biasa. Manusia kemudian menyembah roh leluhur serta benda-benda yang besar. Sistem kepercayaan ini disebut dinamisme (Bhs. Latin; dinam = benda dan isme = kepercayaan) yaitu kepercayaan terhadap benda-benda besar, dan animisme (Bhs. Latin; anima = roh dan isme=kepercayaan) yaitu kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh.

Sistem kepercayaan awal tersebut kemudian berubah menjadi keyakinan dan kepercayaan terhadap makhluk ”adi kodrati” yang disebut dengan Tuhan. Keyakinan terhadap Tuhan ditunjukkan dengan dianutnya salah satu agama yang diakui di suatu negara. Mereka yang tidak meyakini adanya Tuhan dan tidak mengikuti upacara agama atau tidak menganut agama dikenal dengan nama ateis.

Kebebasan Memilih Agama

Pembahasan materi ini adalah kebebasan memilih agama. Oleh karena kita menjatuhkan pilihan pada agama Buddha, maka kita ketahui bahwa begitu jelas Buddha mengajarkan Dharma, sehingga sering disebut Dharma indah pada awalnya, indah pada tengahnya, indah pada akhirnya. Di mana letak keindahan tersebut?

Keindahannya tidak lain karena logika pikir yang dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari. Agama Buddha dipandang sebagai agama yang realistis artinya kenyataan atau nyata, yaitu mengajarkan tentang kebenaran apa adanya (baik dikatakan baik, buruk dikatakan buruk), bukan ajaran yang pesimistis (melihat sisi buruknya saja) dan juga bukan optimistis (melihat sisi baiknya saja).

Berdasarkan pandangan realistis, dan dengan berbagai latar belakang keilmuan dipersilahkan untuk ehipassiko menganalisis ajaran Buddha. Dalam ajaran Buddha diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memahami konteks ajarannya dengan apa adanya, dan penganut ajaran Buddha tidak penah dipaksa untuk meyakini Dharma tanpa merenungkan, menganalisis, membuktikan. Dengan demikian jelas sekali bahwa agama Buddha bukan agama Dogmatis. Dogmatis artinya asal percaya/atau harus percaya dan tidak boleh menolaknya. Ajaran Buddha tidak boleh menjadi bentuk kepercayaan membuta, tetapi ajaran Buddha menuntut untuk dibuktikan kebenarannya (Ehipassiko). Buddha tidak memaksakan umatnya untuk menerima ajarannya tanpa harus membuktikan.
Ehipassiko
Ehipassiko
Ehipassiko
Lagu Ehipassiko
Lagu Ehipassiko
Setelah kamu berdiskusi, penekanan materi akan menjadi lebih menarik karena aspek cinta kasih universal sangat dikedepankan dalam agama Buddha, Dhammapada menjelaskan ”Kebencian tidak akan berhenti jika dibalas dengan kebencian, kebencian akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih” inilah landasan pokok bagi agama Buddha sehinggan Agama Buddha benar-benar anti kekerasan.

Agama Buddha mengutamakan cinta kasih dalam penyebaran agamanya di dunia. Agama Buddha adalah satu-satunya agama yang tidak pernah perang atas nama agama. Agama Buddha berkembang dengan damai ke seluruh dunia tanpa pertumpahan darah. Dengan demikian, agama Buddha adalah agama yang konsisten dalam mewujudkan kedamaian di dunia sebagaimana tujuan utama setiap agama.

0 komentar

Posting Komentar