Hal Peralatan dan Sajian Sembahyang - Hello sobat pada materi kali ini dalam pendalaman pendidikan Agama Khonghucu kalian akan mempelajari hal peralatan untuk sembahyang, makna simbolis dari sajian, nama dan waktu melakukan sembahyang, berikut penjelasan lengkapnya tentang hal peralatan dan sajian sembahyang.
Zilu berkata, “Saya mendengar Hu Cu (Nabi Kongzi) bersabda bahwa di dalam upacara berkabung adanya rasa sedih sekalipun kurang di dalam perlengkapan upacara, itu lebih baik daripada memamerkan kesedihan dengan lengkapnya peralatan upacara. Dan di dalam sembahyang, adanya hormat khidmat, itu lebih baik daripada berlebihan peralatan upacara tetapi kurang ada rasa hormat khidmat.” (Li Ji. II A. II: 27)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sesajen adalah sajian berupa makanan bunga dan sebagainya yang disajikan untuk roh yang telah meninggal. Sajian dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada yang meninggal, seperti disabdakan Nabi Kongzi, “semua (sajian) itu untuk menunjukkan puncak rasa hormat. Akan rasanya tidak diutamakan, yang penting ialah semangatnya.”
Hal sajian sembahyang ini sering menjadi perdebatan bahkan pelecehan dari pihak luar. Untuk apa orang yang telah meninggal dunia diberikan sajian (makanan), adakah yang mengerti kalau yang meninggal itu akan makan sajian yang dipersembahkan? Kecaman semacam ini bukan ada baru sekarang, namun sejak dahulu sudah ada. Nabi Kongzi menyatakan bahwa semua sajian itu hanya untuk menunjukkan rasa hormat kepada almarhum. Beliau bersabda, “Adakah ia mengerti, bahwa roh yang meninggal itu akan menikmatinya? Yang berkabung itu hanya terdorong oleh ketulusan dan rasa hormat di dalam hatinya.”
“Orang mati itu tidak makan, tetapi dari zaman yang paling kuno sampai sekarang hal (sajian) itu tidak pernah dialpakan. Maka, kecaman terhadap kesusilaan (sajian) itu, sesungguhnya adalah kajian yang tidak susila”. Berikut adalah macam-macam sajian yang umum digunakan oleh umat Khonghucu sebagai persembahan dalam upacara sembahyang baik kepada Tuhan, kepada alam, dan kepada manusia (nabi dan leluhur) beserta makna simbolisnya.
Juzi (橘 子) artinya jeruk, diidentikkan dengan lafal/bunyi Ji Xiang (吉 祥) artinya kebaikan. Jenis jeruk yang biasanya digunakan untuk sesajian sembahyang adalah jenis jeruk bali atau jeruk garut atau jeruk siam. Biasanya diletakkan disebelah kanan altar.
Ping Guo (苹 果) artinya apel, diidentikkan dengan lafal/bunyi Ping An (平 安) artinya tentram.
Li Guo (莉 果) artinya pear, diidentikkan dengan lafal/bunyi Li Yi (利 益) artinya keberuntungan.
Bentuk buah belimbing agak bulat memanjang dan berjuring lima itu mengingatkan kita pada ajaran 5 kebajikan (Wu Chang) yang terdiri atas cinta kasih, kebenaran, susila, bijaksana, dan dapat dipercaya. Dapat juga bermakna ‘Lima Hubungan Kemasyarakatan’ (Wu Lun).
Tebu tumbuhan berumpun, tidak pernah ada yang tumbuh hanya sebatang. Maknanya ialah agar kita hidup tidak menyendiri. Dalam kehidupan rumah tangga hendaknya hidup harmonis, masing-masing mengenal batas, pandai mengendalikan diri dan ada rasa kebersamaan.
Air tebu terasa manis, batang tebu beruas-ruas tumbuh lurus dan tidak bercabang. Manis adalah lambang kebajikan dan cinta kasih. Tebu tumbuhnya beruas-ruas diibaratkan manusia yang dalam tumbuh kembangnya sejak bayi hingga mencapai usia tua harus selalu tumbuh pula cinta kasih dan kebajikan.
Sepasang tebu dengan daun dan akarnya diikat di sebelah kanan dan kiri meja altar. Hal ini sebagai petanda rasa syukur ke hadirat Tian Yang Maha Esa, karena pada masa peperangan sebagian pejuang bangsa Han telah dapat diselamatkan di hutan tebu dari kejaran bala tentara Kerajaan Ching yang menduduki Zhongguo di masa itu.
Fa Gao (苹 果) artinya kue mangkok, diidentikkan dengan lafal/bunyi Fa (發) artinya berkembang. Bentuk kue mangkok umumnya dianggap baik apabila permukaanya merekah seperti buah delima dan biasanya berwarna merah. Makna dari kue ini ialah agar hidup kita berkembang dan bahagia seperti yang disimbolkan oleh warna merah.
Mi Gao (米 糕) artinya wajik, diidentikkan dengan lafal/bunyi He (合) artinya Bersatu.
2. Chou Shi antara pukul 01.00 s.d. 03.00
3. Yin Shi antara pukul 03.00 s.d. 05.00
4. Mao Shi antara pukul 05.00 s.d. 07.00
5. Chen Shi antara pukul 07.00 s.d. 09.00
6. Si Shi antara pukul 09.00 s.d. 11.00
7. Wi Shi antara pukul 11.00 s.d. 13.00
8. Wei Shi antara pukul 13.00 s.d. 15.00
9. Shen Shi antara pukul 15.00 s.d. 17.00
10. You Shi antara pukul 17.00 s.d. 19.00
11. You Shi antara pukul 19.00 s.d. 21.00
12. Hai Shi antara pukul 21.00 s.d. 23.00
Hal Peralatan dan Makna Simbolis Sajian Sembahyang
a. Hal Peralatan Sembahyang
Ziyou bertanya tentang peralatan yang wajib disediakan untuk upacara berkabung. Nabi bersabda, “Wajib disediakan sesuai kemampuan keluarga.” Ziyou berkata, “Bagaimanakah keluarga yang mampu dan tidak mampu dapat melakukan hal yang sama?” Nabi menjawab, “Yang mampu janganlah melampaui ketentuan kesusilaan, yang tidak mampu cukup sekadar tubuhnya ditutupi dari kepala sampai kaki dan selanjutnya dimakamkan. Peti jenazah cukup diturunkan dengan tali. Dengan demikian siapakah yang akan menyalahkan?” (Li Ji. II A. III: 17)Zilu berkata, “Saya mendengar Hu Cu (Nabi Kongzi) bersabda bahwa di dalam upacara berkabung adanya rasa sedih sekalipun kurang di dalam perlengkapan upacara, itu lebih baik daripada memamerkan kesedihan dengan lengkapnya peralatan upacara. Dan di dalam sembahyang, adanya hormat khidmat, itu lebih baik daripada berlebihan peralatan upacara tetapi kurang ada rasa hormat khidmat.” (Li Ji. II A. II: 27)
b. Makna Simbolis Sajian Sembahyang
Sajian atau persembahan yang dikenal secara awam sebagai sesajen memang tidak bisa dilepaskan dalam sembahyang yang dilakukan umat Khonghucu. Namun demikian, jarang yang memperhatikan makna simbolis dari berbagai sajian dimaksud.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sesajen adalah sajian berupa makanan bunga dan sebagainya yang disajikan untuk roh yang telah meninggal. Sajian dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada yang meninggal, seperti disabdakan Nabi Kongzi, “semua (sajian) itu untuk menunjukkan puncak rasa hormat. Akan rasanya tidak diutamakan, yang penting ialah semangatnya.”
Hal sajian sembahyang ini sering menjadi perdebatan bahkan pelecehan dari pihak luar. Untuk apa orang yang telah meninggal dunia diberikan sajian (makanan), adakah yang mengerti kalau yang meninggal itu akan makan sajian yang dipersembahkan? Kecaman semacam ini bukan ada baru sekarang, namun sejak dahulu sudah ada. Nabi Kongzi menyatakan bahwa semua sajian itu hanya untuk menunjukkan rasa hormat kepada almarhum. Beliau bersabda, “Adakah ia mengerti, bahwa roh yang meninggal itu akan menikmatinya? Yang berkabung itu hanya terdorong oleh ketulusan dan rasa hormat di dalam hatinya.”
“Orang mati itu tidak makan, tetapi dari zaman yang paling kuno sampai sekarang hal (sajian) itu tidak pernah dialpakan. Maka, kecaman terhadap kesusilaan (sajian) itu, sesungguhnya adalah kajian yang tidak susila”. Berikut adalah macam-macam sajian yang umum digunakan oleh umat Khonghucu sebagai persembahan dalam upacara sembahyang baik kepada Tuhan, kepada alam, dan kepada manusia (nabi dan leluhur) beserta makna simbolisnya.
1) Buah-Buahan Sajian Sembahyang
Xiang Jiao (香 蕉) artinya pisang, diidentikkan dengan lafal/bunyi Xiang Jiu (香 久) artinya langgeng. Dalam persembahyangan, yang lazim digunakan adalah jenis pisang raja atau pisang mas. Penyajian pisang di meja altar biasanya diletakkan di sebelah kiri altar.Juzi (橘 子) artinya jeruk, diidentikkan dengan lafal/bunyi Ji Xiang (吉 祥) artinya kebaikan. Jenis jeruk yang biasanya digunakan untuk sesajian sembahyang adalah jenis jeruk bali atau jeruk garut atau jeruk siam. Biasanya diletakkan disebelah kanan altar.
Ping Guo (苹 果) artinya apel, diidentikkan dengan lafal/bunyi Ping An (平 安) artinya tentram.
Li Guo (莉 果) artinya pear, diidentikkan dengan lafal/bunyi Li Yi (利 益) artinya keberuntungan.
Bentuk buah belimbing agak bulat memanjang dan berjuring lima itu mengingatkan kita pada ajaran 5 kebajikan (Wu Chang) yang terdiri atas cinta kasih, kebenaran, susila, bijaksana, dan dapat dipercaya. Dapat juga bermakna ‘Lima Hubungan Kemasyarakatan’ (Wu Lun).
- Semangka
Semangka yang melambangkan kebulatan tekad untuk mengembangkan apa yang diberikan dari leluhur
Tebu tumbuhan berumpun, tidak pernah ada yang tumbuh hanya sebatang. Maknanya ialah agar kita hidup tidak menyendiri. Dalam kehidupan rumah tangga hendaknya hidup harmonis, masing-masing mengenal batas, pandai mengendalikan diri dan ada rasa kebersamaan.
Air tebu terasa manis, batang tebu beruas-ruas tumbuh lurus dan tidak bercabang. Manis adalah lambang kebajikan dan cinta kasih. Tebu tumbuhnya beruas-ruas diibaratkan manusia yang dalam tumbuh kembangnya sejak bayi hingga mencapai usia tua harus selalu tumbuh pula cinta kasih dan kebajikan.
Sepasang tebu dengan daun dan akarnya diikat di sebelah kanan dan kiri meja altar. Hal ini sebagai petanda rasa syukur ke hadirat Tian Yang Maha Esa, karena pada masa peperangan sebagian pejuang bangsa Han telah dapat diselamatkan di hutan tebu dari kejaran bala tentara Kerajaan Ching yang menduduki Zhongguo di masa itu.
2) Kue Sajian Sembahyang
Gui Guo (龜 粿) artinya kue ku, diidentikkan dengan lafal/bunyi Shou (壽) artinya panjang umur. Bentuknya yang dibuat mirip batok kura-kura yang dipandang sebagai hewan yang usianya panjang, dapat mencapai kurang lebih 2.000 tahun. Hidup melata di air dan darat. Kurakura atau penyu merupakan salah satu dari empat jenis hewan yang suci, tiga hewan suci lainnya adalah Naga (Long), Qilin, dan burung Hong. Makna sesajian kue ku dalam persembahyangan merupakan harapan dari para leluhur kita agar kita memiliki daya tahan hidup lama di dunia, supaya dapat menyelesaikan kewajiban dengan lebih sempurna dan hati-hati seperti kura-kura yang cepat menyembunyikan kepala dan keempat kakinya bila disentuh.Fa Gao (苹 果) artinya kue mangkok, diidentikkan dengan lafal/bunyi Fa (發) artinya berkembang. Bentuk kue mangkok umumnya dianggap baik apabila permukaanya merekah seperti buah delima dan biasanya berwarna merah. Makna dari kue ini ialah agar hidup kita berkembang dan bahagia seperti yang disimbolkan oleh warna merah.
Mi Gao (米 糕) artinya wajik, diidentikkan dengan lafal/bunyi He (合) artinya Bersatu.
Nama-Nama Waktu Sembahyang
1. Zi Shi antara pukul 23.00 s.d. 01.002. Chou Shi antara pukul 01.00 s.d. 03.00
3. Yin Shi antara pukul 03.00 s.d. 05.00
4. Mao Shi antara pukul 05.00 s.d. 07.00
5. Chen Shi antara pukul 07.00 s.d. 09.00
6. Si Shi antara pukul 09.00 s.d. 11.00
7. Wi Shi antara pukul 11.00 s.d. 13.00
8. Wei Shi antara pukul 13.00 s.d. 15.00
9. Shen Shi antara pukul 15.00 s.d. 17.00
10. You Shi antara pukul 17.00 s.d. 19.00
11. You Shi antara pukul 19.00 s.d. 21.00
12. Hai Shi antara pukul 21.00 s.d. 23.00
0 komentar
Posting Komentar