Sembahyang Duan Yang - Materi agama Khonghucu kali ini akan membahas tentang Sembahyang Duan Yang baik dari waktu pelaksanaan, makna dari melakukan sembahyang Duan Yang, Hari mengenang Qu Yuan dan pembahasan yang terakhir mengenai nilai keteladanan dari Qu Yuan dan tentunya juga mengenai surat doa sembahyang Duan Yang, untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini!
Isitilah Duan Yang 端 阳; Duan (Ekstrim) Yang (Matahari), Jadi Duan Yang adalah saat matahari di posisi yang ekstrim (terhadap bumi). Hari Raya ini disebut juga Duan Wu (端 午); Wu → Wu Shi (午 时), waktu antara pukul 11.00 – 13.00 yang berarti waktu siang hari yang ekstrim. Ekstrim yang dimaksud adalah saat tarik-menarik antara matahari, bulan, dan bumi begitu kuat (karena kondisi itu bahkan telur lebih mudah didirikan).
Catatan:
Duan Yang atau Duan Wu terjadi pada saat musim panas di mana puncaknya pada saat matahari tepat di 23,5o Lintang Utara (Xia Zhi - 夏 至) → tanggal 21 Juni.
Karena alasan itu pula (khususnya pada saat Duan Wu) selanjutnya timbul kepercayaan bahwa pada saat ini segala makhluk dan benda mendapat curahan kekuatan paling besar. Masyarakat luas percaya bahwa ramuan obat-obatan yang dipetik pada saat itu akan besar khasiatnya.
Makna agamis dari Duan Yang adalah agar kita sebagai umat selalu diingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta. Manusia harus selalu takwa terhadap apa pun yang terjadi (fenomena alam/bencana alam).
Qu Yuan ialah seorang menteri besar dan setia dari negeri Chu (340-278 SM). Beliau seorang tokoh yang paling berhasil menyatukan keenam negeri itu untuk menghadapi Negeri Qin, namanya sangat disegani di Negeri Qin.
Beliau pernah menghalangi Raja Chu Huai Wang untuk memenuhi undangan raja dari Negeri Qin ke Kota Boe Kwan. Sayang sekali, Raja Chu Huai Wang tidak memperhatikan nasihat beliau, bahkan menghukumnya. Akibatnya menimbulkan malapetaka bagi raja sendiri, karena kelicikan menteri-menteri dari Negeri Chu yang tidak senang terhadap Qu Yuan, seperti Khin Siang, Kong Cu Lan, Siang Kwan Tay Hu, dan lain-lain. Orang-orang dari Negeri Qin terus berusaha menjatuhkan nama baik Qu Yuan, terutama kehadapan Raja Chu Huai Wang.
Dengan bantuan menteri-menteri dari Negeri Chu yang tidak senang terhadap Qu Yuan, seorang menteri Negeri Qin yang cerdik dan licik, berhasil meretakkan hubungan Qu Yuan dengan raja Negeri Chu, Qu Yuan dipecat dari jabatannya. Hal ini membuat persatuan keenam negeri itu menjadi berantakan. Raja Chu Huai Wang bahkan terbujuk oleh janji-janji yang menyenangkan, sehingga mau datang ke Negeri Qin, tetapi di Negeri Qin Raja Chu Huai Wang ditawan. Chu Huai Wang menyesali perbuatannya sampai akhirnya beliau mangkat.
Setelah Chu Huai Wang mangkat di Negeri Qin, kini Chu Qing Xiang Wang naik tahta menggantikan Chu Huai Wang. Raja Chu Qing Xiang Wang memberi kepercayaan kembali kepada Qu Yuan. Keenam negeri dapat dipersatukan kembali sekalipun tidak sekokoh dahulu, selanjutnya Qu Yuan berusaha mendorong Chu Qing Xiang Wang memperkokoh kekuatan militernya untuk barisan berkuda, dengan tujuan menaikan martabat negaranya dan menghindarkan rakyat dari angkara murka raja dari Negeri Qin. Tetapi saran-sarannya tidak ada yang dilaksanakan, bahkan menimbulkan dendam menteri-menteri dari Negeri Qin. Mereka selalu berusaha menghalangi Qu Yuan yang senantiasa mengobarkan semangat Raja Chu Qing Xiang Wang untuk melawan Negeri Qin.
Pada tahun 293 SM, Negeri Han dan Wei yang melawan Negeri Qin dihancurkan dan dibinasakan. Dengan adanya peristiwa ini Qu Yuan kembali difitnah dengan tuduhan akan membawa Negeri Chu mengalami nasib seperti Negeri Han dan Wei. Chu Qing Xiang Wang ternyata lebih buruk kebijaksanaannya dari raja yang terdahulu (Chu Huai Wang). Ia tidak hanya memecat Qu Yuan, tetapi juga memberikan hukuman dengan membuang Qu Yuan ke daerah Danau Tong Ting dekat Sungai Mi Luo.
Qu Yuan yang bercita-cita berbakti kepada negara, menolong rakyat, yang dipenuhi semangat memakmurkan negara, dan membuat negara menjadi sentosa, tetapi ternyata Beliau mendapatkan hukuman.
Di tempat pembuangan ini, Qu Yuan hampir tidak tahan dan sedih terhadap keadaan yang menyengsarakan. Hanya berkat kebijaksanaan kakak perempuannya yang bernama Khut Su, beliau dapat tenteram dan rela menerima keadaan itu. Pada saat itu Qu Yuan mendapat kenalan seorang nelayan, ternyata orang pandai yang menyembunyikan diri dan hidup sebagai nelayan. Orang itu menyembunyikan nama sebenarnya, dan hanya menyebut dirinya sebagai Yu Fu yang artinya bapak nelayan.
Dengan Yu Fu inilah Qu Yuan mendapatkan kawan bercakap-cakap, walaupun pandangan hidupnya tidak sejalan. Nelayan itu mempunyai pendoman meninggalkan hidup bermasyarakat yang buruk keadaannya, sedangkan Qu Yuan ingin terus mengembangkan jalan suci nabi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat banyak. Demikianlah Qu Yuan sangat akrab dengan nelayan itu.
Ketenteraman Qu Yuan itu ternyata dihancurkan oleh berita hancurnya ibu kota Negeri Chu, tempat Miao (Kuil) leluhurnya, karena diserbu orang-orang dari Negeri Qin. Hal ini menjadikan Qu Yuan yang telah lanjut usia itu merasa tiada arti lagi hidupnya, setelah dirundung kebingungan dan kesedihan. Beliau memutuskan menjadikan dirinya yang telah tua itu sebagai tugu peringatan bagi rakyat akan peristiwa yang sangat menyedihkan atas tanah air dan negerinya, dengan harapan dapat membangkitkan semangat rakyat untuk menegakkan kebenaran dan mencuci bersih aib yang menimpa negerinya.
Ketika itu saat hari Suci Duan Yang, beliau mendayung perahunya ke tengah-tengah Sungai Mi Luo (di Provinsi Hunan), dinyanyikan sajak-sajak ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya, yang mencurahkan kecintaannya kepada tanah air dan rakyatnya, rakyat banyak tertegun mendengar semuanya itu. Pada saat beliau sampai ke tempat yang jauh dari kerumunan orang, beliau menerjunkan diri ke dalam sungai yang deras alirannya dan dalam itu.
Beberapa orang yang mengetahuinya segera berusaha menolongnya, tetapi hasilnya nihil, jenazahnya pun tidak ditemukan. Seharian Yu Fu, nelayan kawan Qu Yuan itu dengan perahu-perahu kecil mengerahkan kawan-kawannya untuk mencari Qu Yuan, namun hasilnya sia-sia belaka.
Di tahun kedua pada saat kembali orang merayakan Hari Suci Duan Yang, Yu Fu membawa sebuah tempurung bambu, berisi beras dituangkan ke dalam sungai, untuk mengenang kembali dan menghormati Qu Yuan. Banyak orang yang mengikuti jejak Yu Fu. Lebih dari itu, untuk mengenang Qu Yuan para nelayan Sungai Mi Luo mengadakan lomba perahu naga pada saat sembahyang Duan Yang. Perayaan lomba perahu naga ini selanjutnya dikenal orang sebagai perayaan Bai Chuan secara harfiah berarti beratus-ratus perahu.
Pada tahun-tahun berikutnya, kebiasaan mempersembahkan beras di dalam tempurung bambu itu diganti dengan kue dari beras ketan yang dibungkus daun bambu yang di sini kita kenal dengan nama bacang dan kue cang. Diadakannya perlombaan perahu yang dihiasi gambar-gambar naga (Liong Cun) yang mengingatkan usaha mencari jenazah Qu Yuan pencinta negeri, Sastrawan, dan pecinta rakyat itu. Demikian setiap hari Duan Yang selalu diadakan pula peringatan untuk Qu Yuan, seorang yang berjiwa mulia dan luhur dari Negeri Chu itu.
Ketika negaranya sedang menghadapi bahaya, dengan berani dan penuh cinta ia memberi nasihat yang jujur kepada pimpinannya. Risiko diabaikan, disingkirkan, atau bahkan dibuang tidaklah membuatnya berubah haluan, meski sebelumnya pernah mengalami nasib yang pahit dan tidak dipedulikan pimpinannya. Ketika sudah dibuang dan dikecewakan pimpinannya, rasa cintanya terhadap negaranya tidaklah luntur. Ia tetap memikirkan yang terbaik bagi negaranya sampai detik terakhir. Pengorbanan hidupnya pun, tidaklah sia-sia dan belakangan terbukti menjadi salah satu prasasti bagi semangat patriotisme dan moralitas berbangsa.
Meski harus hidup terlunta-lunta, terbuang dan bahkan mati tanpa meninggalkan jasad, namun sejarah tetap mencatatnya sebagai seorang yang perlu diteladani oleh generasi sesudahnya. Bandingkan dengan kehidupan sang Raja Cho sendiri! Meski kedudukan formalnya lebih tinggi, namun dalam catatan sejarah nama Qu Yuan tetap dikenang dan mendapat penghargaan yang jauh berlebih.
Kalau dikaji secara lebih mendalam, bahwa upaya pencarian Qu Yuan pada saat Duan Yang dengan berlomba-lomba mencari kembali nilai-nilai moralitas yang diteladankan Qu Yuan. Sebenarnya makna perlombaan itu harus ditafsirkan sebagai perlombaan mencari nilai-nilai moral. Perlombaan untuk menanam kebajikan dalam setiap tingkah laku kita sebagai manusia.
Qu Yuan secara badani memang telah mati ribuan tahun yang lalu. Namun, Qu Yuan secara spirit dan nilai-nilai tetap hidup dan perlu terus dihidupkan. Ini yang seharusnya menjadi target atau tujuan kemanusiaan. Di samping hidup lurus selaras Firman Tian, selalu bersyukur dan mawas diri, bersahabat dengan alam, juga wajib menjunjung tinggi moralitas dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Tumbuhlah kesadaran hormat kepada Tian dan siap menegakkan firman di dalam penghidupan, sehingga boleh menerima berkah sentosa dan bahagia. Pada saat suci ini, kami kenangkan pula Qu Yuan patriot suci yang telah mengabdikan diri sepanjang hidupnya bagi jalan suci dan kebajikan serta rela mengorbankan diri demi iman dan satyanya kepada firman Tian dan cinta kasihnya kepada sesama. Semoga semangat suci itu tumbuh dan subur berkembang pula di dalam diri kami masing-masing. Shanzai.
1. Waktu Pelaksanaan
Sembahyang Duan Yang dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 Yinli/Kongzili (Wu Yue Chu Wu). Waktu pelaksanaan sembahyang Duan Yang adalah saat Wu Shi (pukul 11.00 - 13.00).Isitilah Duan Yang 端 阳; Duan (Ekstrim) Yang (Matahari), Jadi Duan Yang adalah saat matahari di posisi yang ekstrim (terhadap bumi). Hari Raya ini disebut juga Duan Wu (端 午); Wu → Wu Shi (午 时), waktu antara pukul 11.00 – 13.00 yang berarti waktu siang hari yang ekstrim. Ekstrim yang dimaksud adalah saat tarik-menarik antara matahari, bulan, dan bumi begitu kuat (karena kondisi itu bahkan telur lebih mudah didirikan).
Telur dapat berdiri pada saat Wu Shi pukul 11.00-13.00 |
Catatan:
Duan Yang atau Duan Wu terjadi pada saat musim panas di mana puncaknya pada saat matahari tepat di 23,5o Lintang Utara (Xia Zhi - 夏 至) → tanggal 21 Juni.
2. Makna Sembahyang Duan Yang
Upacara sembahyang Duan Yang merupakan upacara eling dan takwa untuk hari yang penuh fenomena. Namun di samping fenomena alam yang ektrim seperti dijelaskan di atas, pada saat yang bersamaan energi (Qi - 气) matahari memiliki kekuatan yang besar dan sangat positif. Keadaan ini diyakini, misalnya, tumbuh-tumbuhan herbal untuk obat menjadi lebih berkhasiat.Karena alasan itu pula (khususnya pada saat Duan Wu) selanjutnya timbul kepercayaan bahwa pada saat ini segala makhluk dan benda mendapat curahan kekuatan paling besar. Masyarakat luas percaya bahwa ramuan obat-obatan yang dipetik pada saat itu akan besar khasiatnya.
Makna agamis dari Duan Yang adalah agar kita sebagai umat selalu diingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta. Manusia harus selalu takwa terhadap apa pun yang terjadi (fenomena alam/bencana alam).
3. Hari Mengenang Qu Yuan
Saat Duan Yang juga bersamaan dengan saat memperingati tokoh suci Qu Yuan seorang menteri setia dari Negeri Chu pada zaman Zhan Guo (perang tujuh negara). Dikisahkan sebagai berikut. Dinasti Zhou pada zaman Zhan Guo atau zaman peperangan (403-221 SM), Dinasti Zhou sudah tidak berarti lagi sebagai pusat negara. Pada zaman itu ada tujuh negara yang besar, yakni negeri Qi, Chu,Yan, Han, Zhao, Wei, dan Qin. Negeri Qin adalah yang paling kuat dan agresif, sehingga keenam negeri yang lain sering bersatu untuk bersama-sama menghadapi Negeri Qin.Qu Yuan ialah seorang menteri besar dan setia dari negeri Chu (340-278 SM). Beliau seorang tokoh yang paling berhasil menyatukan keenam negeri itu untuk menghadapi Negeri Qin, namanya sangat disegani di Negeri Qin.
Qu Yuan Menteri setia dari Negeri Chu |
Beliau pernah menghalangi Raja Chu Huai Wang untuk memenuhi undangan raja dari Negeri Qin ke Kota Boe Kwan. Sayang sekali, Raja Chu Huai Wang tidak memperhatikan nasihat beliau, bahkan menghukumnya. Akibatnya menimbulkan malapetaka bagi raja sendiri, karena kelicikan menteri-menteri dari Negeri Chu yang tidak senang terhadap Qu Yuan, seperti Khin Siang, Kong Cu Lan, Siang Kwan Tay Hu, dan lain-lain. Orang-orang dari Negeri Qin terus berusaha menjatuhkan nama baik Qu Yuan, terutama kehadapan Raja Chu Huai Wang.
Dengan bantuan menteri-menteri dari Negeri Chu yang tidak senang terhadap Qu Yuan, seorang menteri Negeri Qin yang cerdik dan licik, berhasil meretakkan hubungan Qu Yuan dengan raja Negeri Chu, Qu Yuan dipecat dari jabatannya. Hal ini membuat persatuan keenam negeri itu menjadi berantakan. Raja Chu Huai Wang bahkan terbujuk oleh janji-janji yang menyenangkan, sehingga mau datang ke Negeri Qin, tetapi di Negeri Qin Raja Chu Huai Wang ditawan. Chu Huai Wang menyesali perbuatannya sampai akhirnya beliau mangkat.
Setelah Chu Huai Wang mangkat di Negeri Qin, kini Chu Qing Xiang Wang naik tahta menggantikan Chu Huai Wang. Raja Chu Qing Xiang Wang memberi kepercayaan kembali kepada Qu Yuan. Keenam negeri dapat dipersatukan kembali sekalipun tidak sekokoh dahulu, selanjutnya Qu Yuan berusaha mendorong Chu Qing Xiang Wang memperkokoh kekuatan militernya untuk barisan berkuda, dengan tujuan menaikan martabat negaranya dan menghindarkan rakyat dari angkara murka raja dari Negeri Qin. Tetapi saran-sarannya tidak ada yang dilaksanakan, bahkan menimbulkan dendam menteri-menteri dari Negeri Qin. Mereka selalu berusaha menghalangi Qu Yuan yang senantiasa mengobarkan semangat Raja Chu Qing Xiang Wang untuk melawan Negeri Qin.
Pada tahun 293 SM, Negeri Han dan Wei yang melawan Negeri Qin dihancurkan dan dibinasakan. Dengan adanya peristiwa ini Qu Yuan kembali difitnah dengan tuduhan akan membawa Negeri Chu mengalami nasib seperti Negeri Han dan Wei. Chu Qing Xiang Wang ternyata lebih buruk kebijaksanaannya dari raja yang terdahulu (Chu Huai Wang). Ia tidak hanya memecat Qu Yuan, tetapi juga memberikan hukuman dengan membuang Qu Yuan ke daerah Danau Tong Ting dekat Sungai Mi Luo.
Qu Yuan yang bercita-cita berbakti kepada negara, menolong rakyat, yang dipenuhi semangat memakmurkan negara, dan membuat negara menjadi sentosa, tetapi ternyata Beliau mendapatkan hukuman.
Di tempat pembuangan ini, Qu Yuan hampir tidak tahan dan sedih terhadap keadaan yang menyengsarakan. Hanya berkat kebijaksanaan kakak perempuannya yang bernama Khut Su, beliau dapat tenteram dan rela menerima keadaan itu. Pada saat itu Qu Yuan mendapat kenalan seorang nelayan, ternyata orang pandai yang menyembunyikan diri dan hidup sebagai nelayan. Orang itu menyembunyikan nama sebenarnya, dan hanya menyebut dirinya sebagai Yu Fu yang artinya bapak nelayan.
Dengan Yu Fu inilah Qu Yuan mendapatkan kawan bercakap-cakap, walaupun pandangan hidupnya tidak sejalan. Nelayan itu mempunyai pendoman meninggalkan hidup bermasyarakat yang buruk keadaannya, sedangkan Qu Yuan ingin terus mengembangkan jalan suci nabi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat banyak. Demikianlah Qu Yuan sangat akrab dengan nelayan itu.
Ketenteraman Qu Yuan itu ternyata dihancurkan oleh berita hancurnya ibu kota Negeri Chu, tempat Miao (Kuil) leluhurnya, karena diserbu orang-orang dari Negeri Qin. Hal ini menjadikan Qu Yuan yang telah lanjut usia itu merasa tiada arti lagi hidupnya, setelah dirundung kebingungan dan kesedihan. Beliau memutuskan menjadikan dirinya yang telah tua itu sebagai tugu peringatan bagi rakyat akan peristiwa yang sangat menyedihkan atas tanah air dan negerinya, dengan harapan dapat membangkitkan semangat rakyat untuk menegakkan kebenaran dan mencuci bersih aib yang menimpa negerinya.
Kue Cang/Ba Cang menjadi sajian sembahyang Duan Yang |
Ketika itu saat hari Suci Duan Yang, beliau mendayung perahunya ke tengah-tengah Sungai Mi Luo (di Provinsi Hunan), dinyanyikan sajak-sajak ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya, yang mencurahkan kecintaannya kepada tanah air dan rakyatnya, rakyat banyak tertegun mendengar semuanya itu. Pada saat beliau sampai ke tempat yang jauh dari kerumunan orang, beliau menerjunkan diri ke dalam sungai yang deras alirannya dan dalam itu.
Beberapa orang yang mengetahuinya segera berusaha menolongnya, tetapi hasilnya nihil, jenazahnya pun tidak ditemukan. Seharian Yu Fu, nelayan kawan Qu Yuan itu dengan perahu-perahu kecil mengerahkan kawan-kawannya untuk mencari Qu Yuan, namun hasilnya sia-sia belaka.
Di tahun kedua pada saat kembali orang merayakan Hari Suci Duan Yang, Yu Fu membawa sebuah tempurung bambu, berisi beras dituangkan ke dalam sungai, untuk mengenang kembali dan menghormati Qu Yuan. Banyak orang yang mengikuti jejak Yu Fu. Lebih dari itu, untuk mengenang Qu Yuan para nelayan Sungai Mi Luo mengadakan lomba perahu naga pada saat sembahyang Duan Yang. Perayaan lomba perahu naga ini selanjutnya dikenal orang sebagai perayaan Bai Chuan secara harfiah berarti beratus-ratus perahu.
Lomba perahu naga pada saat Duan Yang untuk mengenang Qu Yuan |
Pada tahun-tahun berikutnya, kebiasaan mempersembahkan beras di dalam tempurung bambu itu diganti dengan kue dari beras ketan yang dibungkus daun bambu yang di sini kita kenal dengan nama bacang dan kue cang. Diadakannya perlombaan perahu yang dihiasi gambar-gambar naga (Liong Cun) yang mengingatkan usaha mencari jenazah Qu Yuan pencinta negeri, Sastrawan, dan pecinta rakyat itu. Demikian setiap hari Duan Yang selalu diadakan pula peringatan untuk Qu Yuan, seorang yang berjiwa mulia dan luhur dari Negeri Chu itu.
4. Nilai Keteladanan Qu Yuan
Keteladanan Qu Yuan yang rela mengorbankan hidupnya sebagai perwujudan cintanya akan nasib bangsa dan negaranya, kiranya perlu dijadikan contoh bagi siapa saja yang mengaku dirinya sebagai warga bangsa, apalagi bagi mereka yang mengaku dirinya sebagai seorang pemimpin.Ketika negaranya sedang menghadapi bahaya, dengan berani dan penuh cinta ia memberi nasihat yang jujur kepada pimpinannya. Risiko diabaikan, disingkirkan, atau bahkan dibuang tidaklah membuatnya berubah haluan, meski sebelumnya pernah mengalami nasib yang pahit dan tidak dipedulikan pimpinannya. Ketika sudah dibuang dan dikecewakan pimpinannya, rasa cintanya terhadap negaranya tidaklah luntur. Ia tetap memikirkan yang terbaik bagi negaranya sampai detik terakhir. Pengorbanan hidupnya pun, tidaklah sia-sia dan belakangan terbukti menjadi salah satu prasasti bagi semangat patriotisme dan moralitas berbangsa.
Meski harus hidup terlunta-lunta, terbuang dan bahkan mati tanpa meninggalkan jasad, namun sejarah tetap mencatatnya sebagai seorang yang perlu diteladani oleh generasi sesudahnya. Bandingkan dengan kehidupan sang Raja Cho sendiri! Meski kedudukan formalnya lebih tinggi, namun dalam catatan sejarah nama Qu Yuan tetap dikenang dan mendapat penghargaan yang jauh berlebih.
Kalau dikaji secara lebih mendalam, bahwa upaya pencarian Qu Yuan pada saat Duan Yang dengan berlomba-lomba mencari kembali nilai-nilai moralitas yang diteladankan Qu Yuan. Sebenarnya makna perlombaan itu harus ditafsirkan sebagai perlombaan mencari nilai-nilai moral. Perlombaan untuk menanam kebajikan dalam setiap tingkah laku kita sebagai manusia.
Qu Yuan secara badani memang telah mati ribuan tahun yang lalu. Namun, Qu Yuan secara spirit dan nilai-nilai tetap hidup dan perlu terus dihidupkan. Ini yang seharusnya menjadi target atau tujuan kemanusiaan. Di samping hidup lurus selaras Firman Tian, selalu bersyukur dan mawas diri, bersahabat dengan alam, juga wajib menjunjung tinggi moralitas dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
5. Surat Doa Sembahyang Duan Yang
Puji dan Syukur kami panjatkan bahwa Tian/Tuhan Yang Maha Esa berkenan kami berhimpun pada saat Duan Yang, hari suci yang melambangkan rahmat yang berlimbah atas dunia dan penghidupan ini. Semoga upacara suci ini meneguhkan iman kami untuk senantiasa hidup di dalam kebajikan; Suci di dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan; menghayati betapa Mahabesar, Mahakasih Tian atas segenap makhluk. Berkembanglah rasa syukur serta teguh menerima kenyataan hidup.Tumbuhlah kesadaran hormat kepada Tian dan siap menegakkan firman di dalam penghidupan, sehingga boleh menerima berkah sentosa dan bahagia. Pada saat suci ini, kami kenangkan pula Qu Yuan patriot suci yang telah mengabdikan diri sepanjang hidupnya bagi jalan suci dan kebajikan serta rela mengorbankan diri demi iman dan satyanya kepada firman Tian dan cinta kasihnya kepada sesama. Semoga semangat suci itu tumbuh dan subur berkembang pula di dalam diri kami masing-masing. Shanzai.
0 komentar
Posting Komentar