Rangkaian Wahyu Tuhan: Luo Shu

>

Wahyu Luo Shu

Wahyu Luo Shu (Kitab Sungai Lu) atau Lian Shan (Jajaran Gunung) diterima oleh Nabi Purba Da Yu, dari punggung kura-kura besar di Sungai Lu. Dijabarkan dalam Hong Fang Jiu Chao oleh Nabi Purba Gao Yao. Gen – Gunung sebagai Pusat.

Wahyu Lao Shu dari punggung seekor kura-kura besar di Sungai Lu
Wahyu Lao Shu dari punggung seekor kura-kura besar di Sungai Lu
Wahyu Luo Shu ini juga disebut dengan Wahyu Liang San – Jajaran Gunung, Wahyu kejadian dan perubahan semesta alam yang menempatkan Trigram (gunung) sebagai pusat. Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang berlangsung turun-temurun dari tahun 2205 s.d. 1766 SM. Berakhir pada masa pemerintahan Xia Jie (keturunan ke 17 tahun 1818 – 1766 SM).

Raja Suci Da Yu (2205 – 2197 SM)

Da Yu (Yu Agung) adalah putra Kun (seorang menteri pada zaman Raja Suci Yao) yang berhasil menggantikan tugas ayahnya dalam mengatasi bencana banjir selama 13 tahun). Pada masa itu, Da Yu menerima wahyu Luo Shu (kitab dari Sungai Lu) dari punggung seekor kura-kura besar yang muncul di Sungai Lu. Tanda suci ini dijabarkan sebagai Rencana Agung dengan Sembilan Pokok Bahasan (Hong Fang Jiu Chao).

Raja Suci Da Yu pendiri Dinasti Xia (2205 – 2197 SM)
Raja Suci Da Yu pendiri Dinasti Xia (2205 – 2197 SM)
Da Yu bernama Wen Ming meneruskan pekerjaan ayahnya (Chong Bo Guan) yang gagal menanggulangi bencana banjir sehingga dihukum.

Mula-mula Da Yu adalah menteri Raja Yao dan Shun sebagai Menteri Pekerjaan Umum (Si Kong) yang kemudian diberikan amanat menggantikan ayahnya. Setelah berjuang selama tiga belas tahunan (dalam Kitab Mengzi ditulis delapan tahun) akhirnya berhasil mengatasi bencana banjir besar itu.

Tian mengaruniakannya tongkat dari batu kumala hitam (Tian Si Xuan Gui) dan Wahyu Luo Tu yang masih terdokumentasi di dalam Kitab Shu Jing V-IV berjudul Hong Fan Jiu Chou (Pedoman Agung dengan Sembilan Pokok Bahasan). Di dalam bahasan kesembilan diungkapkan tentang Lima Kebahagiaan dan Enam Kerawanan di dalam hidup manusia:
Lima Kebahagiaan (Wu Fu) ialah:
  1. Panjang usia memiliki ketahanan (Shou);
  2. Kaya Mulia (Fu);
  3. Sehat Jasmani Rohani (Kang Ning);
  4. Lestari menyukai Kebajikan (You Hao De);
  5. Menggenapi Firman sampai akhir hayat (Kao Zhong Ming).
Enam Kerawanan (Liu Ji) ialah:
  1. Nahas, Pendek usia, tidak memiliki ketahanan (Xiong Duan Zhe);
  2. Sakit (Ji);
  3. Sedih Merana (You);
  4. Miskin (Pin);
  5. Jahat (E);
  6. Lemah (Ruo).
Pada masa pemerintahan Da Yu inilah muncul ujar-ujar Wei De Dong Tian, yang merupakan nasihat dari Nabi Yi kepada Da Yu, yang mengandung arti “Hanya oleh kebajikan Tuhan berkenan.” Tercatat dalam Kitab Da Yu Mu, Shu Jing. Da Yu bergelar Bun Bing.
Raja terakhir Dinasti Xia adalah Xia Jie, tercatat ingkar dari jalan suci dan kebajikan Tian yang telah dirintis dan ditegakkan leluhurnya selama ratusan tahun. Xia Jie adalah raja yang tidak bijaksana, kejam dan sewenang-wenang, hanya mengandalkan kekuatan belaka, tanpa sedikitpun mengingat akan moral kebajikan yang telah ditanamkan oleh leluhurnya.

Nabi Cheng Tang (1766 – 1753 SM)

Baginda Cheng Tang bernama Lu alias Tian. Beliau raja muda dari Negeri Bo, keturunan Huang Di (kaisar kuning), termasuk juga keturunan Xie (menteri pendidikan pada zaman Raja Suci Yu Shun). Beliau adalah pendiri Dinasti Shang (Dinasti kedua setelah Dinasti Xia) setelah menumbangkan pemerintahan terkahir Dinasti Xia di tangan Kaisar Zhou Wang. Bersama Nabi Yi Yin yang menjadi penasihat agungnya, Cheng Tang menjabarkan Ba Gua dengan Trigram KUN (Bumi-Sarana) sebagai pusat.

Catatan:
Ajaran yang terkenal dari Baginda Cheng Tang adalah tentang menjadi rakyat yang ‘Baru’. “Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar dapat baharu selama-lamanya.

Dinasti Shang berlangsung dari tahun 1766 sampai dengan 1122 SM, dan berakhir pada raja yang ke-28, yaitu Raja Zhou Wang (1154 – 1122 SM). Kehidupan rakyat sangat menderita dan tertekan atas kekejaman pemerintahannya. Pangeran Pi Kan (paman Zhou Wang) bahkan dibunuh dengan kejinya karena berani memberikan peringatan dan teguran kepadanya.

Nabi Yi Yin (1766 – 1753 SM)

Yi Yin menteri Raja Cheng Tang, wali (Bao Heng) Raja Tai Jia, cucu baginda Cheng Tang. Beliau bergelar Yuan Sheng (Nabi Besar Sempurna). Nabi Yi Yin disebut juga Ou Heng. Beliau kemudian menjadi wali raja (Po Hing) pada pemerintahan Tai Jie (cucu Baginda Cheng Tang sekitar tahun 1753 – 1715 SM). Nasihat Nabi Yi Yin kepada Tai Jia yang terkenal adalah “Xian You Yi De” (Sungguh hanya ada satu dan milikilah, yaitu kebajikan), tertulis di dalam Kitab Shangshu, Shu Jing.

Nasihat Nabi Yi Yin kepada Raja Tai Jia:
  • Shang Di Tuhan Yang Mahatinggi itu tidak terus-menerus mengaruniakan hal yang sama kepada seseorang; kepada yang berbuat baik akan diturunkan beratus berkah; kepada yang berbuat tidak baik akan diturunkan beratus kesengsaraan. (Shu Jing IV: IV, 8)
  • Bersama miliki Kebajikan Yang Esa Murni (Xian You Yi De); Bukan Tuhan memihak kepada kita (Fei Tian Si Wo), Tuhan hanya melindungi Kebajikan yang Esa (Wei Tian You Yu Yi De) Shu Jing IV: VI, 4.

Zhong Hui rekan sejawat Yi Yin, perdana menteri Raja Cheng Tang yang di dalam Kitab Lunyu VII: 1 oleh Nabi Kongzi disebut sebagai Lao Peng dan di dalam Kitab Mengzi disebut sebagai Lao Lai Zhu (lihat Mengzi VII B: 38-2). Peranan Beliau dalam Dinasti Shang dan hubungan dengan Nabi Baginda Cheng Tang dapat dilihat di dalam Shu Jing IV: II. Beliau senantiasa mendorong Baginda Cheng Tang memuliakan dan menjunjung Jalan Suci Tian Yang Maha Esa yang akan lestari melindungi firman Tian yang dikaruniakan (Qin Chong Tian Dao, Yong Bao Tian Ming).
Nabi Zhong Hui (Lo Ping) perdana menteri Raja Cheng Tang
Nabi Zhong Hui (Lo Ping) perdana menteri Raja Cheng Tang

Zhong Hui bersabda, Wu Hu! Tuhan telah menjelmakan rakyat (Wei Tian Sheng Min You Yu), dengan memiliki berbagai keinginan. Maka bila tanpa seorang pemimpin akan timbul kekacauan (Wu Zhu Nai Luan). Demikianlah Tuhan Yang Maha Esa menjelmakan orang yang dikaruniai jelas pendengaran dan terang penglihatan untuk mengatur mereka (Wei Tian Sheng Cong Ming Shi Ai)” Shu Jing IV: II, II, 2.

Nabi Fu Yue

Nabi Fu Yue adalah menteri dan penasihat agung raja Dinasti Shang yang bergelar Wu Ding (1324-1265 SM). Riwayat beliau disuratkan di dalam kitab Shu Jing IV: VIIIA, VIIIB, VIIIC. Raja Wu Ding adalah seorang raja besar Dinasti Shang/Yin setelah Baginda Cheng Tang. Ia sangat besar rasa cinta kasihnya dan teguh penuh semangat di dalam menegakkan Dao dasar pemerintahan negaranya, pantang hanya memperturutkan kesenangan saja.

Nabi Fu Yue semula hidupnya hanya sebagai seorang tukang kayu di wilayah Fu Yan. Beliau adalah seorang yang benar-benar suci dan mampu mengembalikan kejayaan Dinasti Shang yang sudah mulai surut. Sabda Nabi Fu Yue: Sungguh Tian itu Maha Mendengar, Maha Melihat (We Cong Ming); hanya nabilah senantiasa menjunjung tinggi hukumnya (Wei Sheng Shi Xian). Dengan demikian, yang menjadi menteri pun akan memuliakannya dan rakyat pun akan taat mematuhi.

Nabi Gong Liu

Gong Liu adalah keturunan Hou Ji yang leluhurnya hidup terasing di antara orang-orang Rong Di sejak zaman Raja Tai Kang (2188 - 2159 SM) dari Dinasti Xia kehilangan negerinya. Tetapi Gong Liu mampu membangun dan melestarikan kembali karya peradaban bercocok-tanam yang dahulu dibangun Hou Ji.

Putra Gong Liu yang bernama Qing Jie berhasil membangun negeri di wilayah Bin. Dikemudian hari, seorang keturunannya yang terkenal sebagai Gu Gong Dan Fu mampu membangkitkan kembali karya besar yang pernah dibangun oleh Hou Ji maupun Gong Liu. Beliaulah yang diberi gelar sebagai Tai Wang yang mempunyai dua orang putra yang sangat terkenal suci dan berbakti, bernama Tai Bo dan Yu Zhong.

Tai Wang juga menikahi Tai Jiang (seorang Nabi perempuan) dan melahirkan soerang putra bernama Ji Li. Ji Li inilah ayah Nabi Ji Chang atau Raja Wen Wang, ayah Raja Wu Wang pendiri Dinasti Zhou (1122-255 SM).

Nabi Bo Yi dan Shu Qi

Bo Yi dan Shu Qi hidup pada masa akhir Dinasti Shang (abad ke 12 SM). Mereka adalah putra raja muda di sebuah negeri kecil bernama Gu Zhu. Mereka berdua yang melihat raja terakhir Dinasti Shang (Zhou Wang) yang ingkar dari Jalan Suci dan perilakunya sangat sewenang-wenang mereka telah menolak untuk menjadi pewaris kerajaan di negerinya.

Mereka mengasingkan diri sebagai pertapa di kaki sebuah gunung di wilayah negeri yang diperintah oleh Rajamuda Barat yang kemudian kita kenal sebagai Raja Wen Wang. Kemudian ketika putra Raja Wen yaitu Wu Wang memberontak dan menumbangkan Dinasti Shang, kedua orang nabi itu berupaya mencegah, setelah tidak berhasil dan Dinasti Shang hancur serta berdiri Dinasti Zhou mereka menolak mengabdi kepada dinasti yang baru dan rela mati menderita kelaparan di tempat pengasingan dirinya. Maka oleh Mengzi, disebut sebagai nabi yang menjunjung kesucian.

0 komentar

Posting Komentar