Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja

>
Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja - Pada pembahasan materi agama Kristen kali ini akan membahas mengenai komunitas atau persatuan yang inklusif di dalam gereja dan juga tentang Kehadiran Orang-orang Helenis, Keterbukaan terhadap Perempuan, Keterbukaan kepada Kaum Marjinal, untuk lebih mudah sobat memahami materi ini, akan dibahas terlebih dahulu mengenai arti atau pengertian inklusif. Komunitas (masyarakat) yang dibangun diatas suasana inklusif. Kata inklusif sendiri memiliki arti terbuka. Kata yang dilawankan dengan eksklusif yang artinya tertutup. Kata inklusif ini berakar pada kata include yang artinya melibatkan, ikut serta.

Persatuan atau Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja

Perubahan apa lagi yang dapat kita temukan dalam gereja perdana itu? Untuk memahaminya, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa orang-orang Yahudi hidup secara eksklusif. Mereka menganggap diri mereka lebih baik daripada bangsa-bangsa lain.

Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja
Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja
Namun demikian, dalam Kisah para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja perdana terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini berarti, walaupun pada mulanya murid-murid Yesus hanya terdiri dari orang-orang Yahudi, bahkan hanya dari satu daerah saja yaitu Galilea, gereja perdana sudah terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Coba sebutkan dari mana saja datangnya orang-orang yang mendengar pemberitaan Petrus pada hari Pentakosta yang pertama:

Kehadiran Orang-orang Helenis

Selain kehadiran orang-orang dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya itu, ternyata gereja perdana juga berisi orang-orang Helenis, yaitu orang-orang yang berbahasa Yunani, dan kemungkinan bukan orang keturunan Yahudi. Dalam Kisah 6:1-7 dikatakan bahwa para murid semakin kewalahan karena semakin banyak jumlah orang-orang yang bergabung menjadi warga gereja. Karena itulah, para rasul kemudian mengangkat 7 orang diaken, artinya, “pelayan meja.” Mereka berkata, “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kis. 6:2-4)

Ketujuh diaken yang diangkat itu adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus. Keputusan ini menarik, karena orang-orang Helenis ini mendapatkan jabatan yang cukup tinggi di gereja. Mereka menjadi Kristen tanpa diwajibkan untuk menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, artinya, harus terlebih dahulu disunat dan dikenai berbagai kewajiban untuk menaati hukum Taurat.

Hal ini menimbulkan kehebohan di Yerusalem, seperti yang dikisahkan dalam Kisah para Rasul 15:5. Saat itu, orang-orang Farisi mencela para murid dengan mengatakan, “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.” Namun Rasul Paulus berhasil meyakinkan rekan-rekannya bahwa Allah lebih memperhitungkan hati manusia, daripada ketaatan kepada hukum Taurat (Kis. 15:8-11). Keselamatan kita adalah karena kasih karunia Tuhan Yesus sendiri! (Kis. 15:11)

Keterbukaan terhadap Perempuan

Keterbukaan yang terjadi di gereja ternyata tidak terbatas pada kehadiran bangsa-bangsa lain. Kita juga melihat kehadiran kaum perempuan dalam kegiatan dan bahkan kepemimpinan gereja, padahal selama ini kaum perempuan sama sekali tidak mempunyai peran dalam kegiatan peribadatan di rumah-rumah sembahyang Yahudi.

Dalam Kisah Para Rasul 16:14-15 dan 40 kita menemukan nama seorang perempuan yang berperanan besar dalam pelayanan Paulus, yaitu Lidia. Peranan perempuan tidak hanya tampak dari kisah yang pendek tentang Lidia ini. Dalam 1 Korintus 18 kita juga menemukan seorang tokoh perempuan lainnya, yaitu Priskila, istri dari Akwila. Akwila dan Priskila tampaknya aktif menjadi misionaris karena dalam Kisah 18:26 dikatakan bahwa mereka berdua bersama-sama menjelaskan firman Allah kepada Apolos, yang belakangan menjadi salah seorang rasul yang juga penting (lih. 1 Kor. 3:1; 4-6).

Dalam Surat Roma, disebutkan nama seorang tokoh perempuan lainnya, yaitu Yunias. Nama ini disebut bersama-sama dengan Andronikus. Mereka berdua ternyata pernah bersama-sama dengan Paulus dipenjarakan karena pelayanan mereka (Rm. 16:7).

Keterbukaan kepada Kaum Marjinal

Siapa lagi orang-orang yang disambut sebagai bagian dari gereja perdana? Sebuah kisah yang pasti mengagetkan banyak jemaat di gereja perdana itu ialah ketika Filipus membaptiskan seorang sida-sida (orang kasim atau kebiri) dari Etiopia (Kis. 8:26-40). Sida-sida yang tidak kita kenal namanya ini adalah seorang pejabat pemerintah dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu Etiopia. Saat itu ia sedang kembali dari Yerusalem ke negerinya. Ia pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Rupanya, meskipun ia seorang asing, sida-sida ini adalah seorang yang tergolong “orang yang takut akan Allah”, yaitu sebutan untuk mereka yang tidak bisa atau belum bisa sepenuhnya menjadi Yahudi karena belum dapat menjalankan semua perintah agama itu. Sebagai sidasida, orang ini tidak bisa menjadi bagian dalam umat Allah. Saat itulah, malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke Gaza.

Filipus diperintahkan Allah untuk mendekati kereta yang ditumpangi sidasida itu. Sida-sida itu rupanya sedang asyik membaca suatu bagian dari kitab Yesaya, namun ia tidak memahami apa artinya. Ketika Filipus menanyakannya, ia menjawab, “Bagaimana mungkin aku mengerti karena tidak ada orang yang menjelaskannya bagiku?” Inilah bagian yang dibaca oleh sida-sida itu: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi (Kis. 8:32-33; lih. Yes. 53:7-8).

Lalu Filipus menjelaskan bahwa yang dinubuatkan oleh Yesaya itulah Yesus yang disalibkan. Setelah mendengar penjelasan Filipus, sida-sida itu pun minta agar ia dibaptiskan.

Sida-sida dan Ritual Yahudi

Mengapa baptisan terhadap sida-sida ini bisa menimbulkan kehebohan di kalangan para murid dan gereja perdana? Siapakah sida-sida itu? Seorang sida-sida atau orang kasim adalah laki-laki yang buah zakarnya hancur atau dengan sengaja dihancurkan. Di zaman dahulu praktik ini biasa dilakukan untuk menghasilkan laki-laki yang tidak mampu berhubungan seks sehingga ia dianggap aman untuk menjadi pengawal harem.

Namun, kita juga dapat menduga keras bahwa sida-sida ini tidak bisa menjadi pemeluk Yahudi, dan tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam Bait Suci karena larangan yang diberikan dalam Kitab Imamat 21:17-20: Katakanlah kepada Harun, begini: “Setiap orang dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, janganlah datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya, karena setiap orang yang bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang, orang yang bercacat mukanya, orang yang terlalu panjang anggotanya, orang yang patah kakinya atau tangannya, ... atau yang rusak buah pelir-nya.”

Mengapa ada aturan seperti itu di dalam agama Israel? Tampaknya ini berkaitan erat dengan pemahaman tentang kesempurnaan di kalangan umat tersebut. Orang-orang yang kurang sempurna atau memiliki cacat tubuh dilarang mendekat ke Kemah Suci atau belakangan Bait Suci, sama seperti halnya kurban yang dipersembahkan di Kemah Suci tidak boleh kurban yang cacat, buta, dll.

Jack Rogers, bekas ketua Sinode Gereja Presbyterian Church (USA) dari Amerika Serikat, menyatakan, “Kenyataan bahwa orang pertama yang masuk Kristen dari kalangan bukan Yahudi berasal dari seseorang dari kalangan minoritas seksual dan yang ras, etnisitas dan kebangsaannya sama sekali berbeda,” mengajak orang Kristen untuk bersikap inklusif secara radikal dan menyambut terhadap orang lain.

Sekian pembahasan mengenai Komunitas yang Inklusif di Dalam Gereja dan juga tentang Sida-sida dan Ritual Yahudi, Keterbukaan kepada Kaum Marjinal, Keterbukaan terhadap Perempuan, Kehadiran Orang-orang Helenis, semoga dengan membaca materi di atas dapat membantu sobat dalam proses belajar!

0 komentar

Posting Komentar