Hidup sebagai Anak-anak Allah dan dalam Kekudusan - Pada materi pelajaran agama Kristen kali ini akan membahas 2 hal yakni tentang hidup sebagai anak-anak tuhan dan hidup di dalam kekudusan, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak dalam penjelasan singkat berikut ini!
Misalnya, suku Jawa, Sunda, Madura, Bali, Palembang, Minangkabau, Aceh, dll. Meskipun demikian, orang bisa juga memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama ayahnya, atau nama kakek-neneknya.
Dengan memperkenalkan nama kamu dan nama keluarga atau marga kamu, kamu juga memperkenalkan keluarga besar kamu. Marga Simatupang, misalnya, adalah salah satu marga besar di kalangan masyarakat suku Batak Toba di Sumatera Utara. Dengan menyebutkan nama marga kamu, orang akan selalu menghubungkan kamu dengan marga kamu itu. Bila kamu berhasil mencapai prestasi yang hebat, mungkin akan ada orang yang berkata, “Wah, hebat sekali Boru Simatupang itu!” (Boru dalam bahasa Batak artinya “anak perempuan”).
Kehidupan yang dipimpin oleh Roh adalah kehidupan yang mencerminkan Bapa kita, yaitu Allah sendiri. Apakah artinya itu? Itu berarti, bila orang berjumpa dengan kita, mungkin sekali mereka akan menilai diri kita juga – apakah kita benar-benar mencerminkan keberadaan Allah, yang adalah Bapa kita? Apakah kita hidup dengan sopan santun? Apakah kita hidup dengan jujur, tidak korupsi? Apakah kita suka berdusta, penipu? Apakah kita suka bertengkar dan menciptakan keributan serta permusuhan di antara teman-teman kita?
Dalam Roma 8:10-11 Paulus mengatakan demikian: 10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Pada bagian bacaan ini, Paulus mengingatkan, bahwa sebagai anak-anak Allah, sebagai pengikut Kristus, kita telah memasuki kehidupan yang baru. Di dalam Kristus kita memperoleh Roh Kudus yang membangkitkan dan dengan demikian juga menjanjikan kebangkitan dari kematian kelak.
Itulah sebabnya, orang-orang percaya seperti Robert Wolter Monginsidi, Polikarpus, dan Martin Luther, tidak takut menghadapi ancaman kematian sekalipun. Mereka tahu bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Kuasa kebangkitan yang telah membangkitkan Yesus telah memberikan keberanian luar biasa bagi setiap pengikut Kristus.
Namun, memahami bahwa kita akan dibangkitkan belum cukup. Hidup yang baru ini di bawah kuasa kebangkitan ini mestinya adalah hidup yang dipimpin oleh Roh Allah. Karena itu Paulus melanjutkan pengajarannya sebagai berikut: 12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. 13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. 17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Rm. 8:12-17).
Hidup di dalam kuasa Roh Kudus adalah hidup yang memerdekakan kita dari belenggu dosa. Dosa bukanlah sekadar daftar kejahatan atau pelanggaran yang kita lakukan, melainkan terutama belenggu-belenggu yang membuat kita terus-menerus terjebak di dalam hawa nafsu kita sendiri. Dosa membuat kita gagal untuk menginginkan melakukan perbuatan yang baik, kepada Allah maupun kepada sesama kita dan bahkan kepada seluruh ciptaan.
Paulus menggambarkan pergumulannya dengan kuasa dosa seperti berikut: “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rm. 7:19-20).
Dari ungkapan di atas, tampak jelas bahwa pergumulan melawan dosa itu bukanlah sesuatu yang sederhana. Hanya oleh kuasa Roh, maka kita akan bisa meninggalkan kehidupan kita yang lama – yang digambarkan sebagai kehidupan menurut daging. Dari kehidupan yang lama itulah maka kita beralih, dengan kuasa Roh, untuk hidup menurut Roh, di bawah pimpinan kuasa Roh.
Dalam Surat 1 Petrus 1:13-16 dikatakan sebagai berikut: 13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Ada ciri-ciri yang mestinya terlihat sangat jelas yang membedakan seorang pengikut Kristus dari orang lain. Surat Petrus mengajarkan agar kekudusan itu tampak nyata dalam hidup orang Kristen, antara lain dengan menaruh pengharapan kepada kasih karunia Tuhan, dan menjaga hidupnya dengan tidak menuruti hawa nafsu, serta mempertahankan dirinya tetap kudus.
Dalam Surat Roma 12:2, Paulus mengatakan sebagai berikut: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Kata “kudus” dalam bahasa Ibrani berarti “dipisahkan untuk dipakai khusus oleh Allah.” Benda-benda kudus yang dipergunakan di Bait Suci, misalnya, adalah benda-benda yang dibuat khusus untuk ibadah, dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya di luar Bait Suci. Demikian pula, orang-orang yang kudus, seperti yang dijelaskan oleh Surat 1 Petrus 1:16, mestinya menunjukkan kehidupan yang khusus dan berbeda, karena mereka telah dipilih untuk menjadi milik Allah yang kudus. Bila Allah yang memanggil kita itu kudus, maka kita sebagai milik-Nya, juga harus menjadi kudus, memperlihatkan hidup kudus, dan menjauhkan diri dari kehidupan yang sembarangan, yang justru berlawanan dengan citra Allah yang kudus itu.
Hidup yang dipimpin oleh Roh juga menunjukkan identitas diri orang Kristen yang jelas, yaitu hidup bukan mengikuti daging melainkan menurut kehendak Allah, dan mencerminkan identitas kita sebagai anak-anak Allah. Itulah hidup kudus yang dituntut dari setiap orang Kristen.
Sekian pembahasan mengenai Hidup sebagai Anak-anak Allah dan dalam Kekudusan semoga dapat membantu sobat dalam proses belajar.
Hidup sebagai Anak-anak Allah
Sebutkanlah nama kamu kepada teman kamu sebangku. Sebagai contoh, “Nama saya Dewi. Keluarga kami anggota Gereja ……” Informasi apa yang kamu peroleh dari perkenalan ini? Dari situ kamu bisa mengenal sedikit informasi tentang gereja temanmu, Dewi. Mungkin kamu tahu di mana letak gereja itu? Sekarang, sebutkanlah nama keluarga, marga, atau fam kamu kepada teman kamu sebangku. Misalnya, “Nama saya Dewi Simatupang.” Di kalangan masyarakat Indonesia ada juga suku yang tidak mempunyai nama keluarga.Misalnya, suku Jawa, Sunda, Madura, Bali, Palembang, Minangkabau, Aceh, dll. Meskipun demikian, orang bisa juga memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama ayahnya, atau nama kakek-neneknya.
Hidup sebagai Anak-anak Allah dan dalam Kekudusan |
Dengan memperkenalkan nama kamu dan nama keluarga atau marga kamu, kamu juga memperkenalkan keluarga besar kamu. Marga Simatupang, misalnya, adalah salah satu marga besar di kalangan masyarakat suku Batak Toba di Sumatera Utara. Dengan menyebutkan nama marga kamu, orang akan selalu menghubungkan kamu dengan marga kamu itu. Bila kamu berhasil mencapai prestasi yang hebat, mungkin akan ada orang yang berkata, “Wah, hebat sekali Boru Simatupang itu!” (Boru dalam bahasa Batak artinya “anak perempuan”).
Kehidupan yang dipimpin oleh Roh adalah kehidupan yang mencerminkan Bapa kita, yaitu Allah sendiri. Apakah artinya itu? Itu berarti, bila orang berjumpa dengan kita, mungkin sekali mereka akan menilai diri kita juga – apakah kita benar-benar mencerminkan keberadaan Allah, yang adalah Bapa kita? Apakah kita hidup dengan sopan santun? Apakah kita hidup dengan jujur, tidak korupsi? Apakah kita suka berdusta, penipu? Apakah kita suka bertengkar dan menciptakan keributan serta permusuhan di antara teman-teman kita?
Dalam Roma 8:10-11 Paulus mengatakan demikian: 10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Pada bagian bacaan ini, Paulus mengingatkan, bahwa sebagai anak-anak Allah, sebagai pengikut Kristus, kita telah memasuki kehidupan yang baru. Di dalam Kristus kita memperoleh Roh Kudus yang membangkitkan dan dengan demikian juga menjanjikan kebangkitan dari kematian kelak.
Itulah sebabnya, orang-orang percaya seperti Robert Wolter Monginsidi, Polikarpus, dan Martin Luther, tidak takut menghadapi ancaman kematian sekalipun. Mereka tahu bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Kuasa kebangkitan yang telah membangkitkan Yesus telah memberikan keberanian luar biasa bagi setiap pengikut Kristus.
Namun, memahami bahwa kita akan dibangkitkan belum cukup. Hidup yang baru ini di bawah kuasa kebangkitan ini mestinya adalah hidup yang dipimpin oleh Roh Allah. Karena itu Paulus melanjutkan pengajarannya sebagai berikut: 12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. 13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. 17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Rm. 8:12-17).
Hidup di dalam kuasa Roh Kudus adalah hidup yang memerdekakan kita dari belenggu dosa. Dosa bukanlah sekadar daftar kejahatan atau pelanggaran yang kita lakukan, melainkan terutama belenggu-belenggu yang membuat kita terus-menerus terjebak di dalam hawa nafsu kita sendiri. Dosa membuat kita gagal untuk menginginkan melakukan perbuatan yang baik, kepada Allah maupun kepada sesama kita dan bahkan kepada seluruh ciptaan.
Paulus menggambarkan pergumulannya dengan kuasa dosa seperti berikut: “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rm. 7:19-20).
Dari ungkapan di atas, tampak jelas bahwa pergumulan melawan dosa itu bukanlah sesuatu yang sederhana. Hanya oleh kuasa Roh, maka kita akan bisa meninggalkan kehidupan kita yang lama – yang digambarkan sebagai kehidupan menurut daging. Dari kehidupan yang lama itulah maka kita beralih, dengan kuasa Roh, untuk hidup menurut Roh, di bawah pimpinan kuasa Roh.
Hidup dalam Kekudusan
Namun demikian, apakah artinya kalau kita hidup di bawah pimpinan kuasa Roh? Hidup yang dipimpin oleh Roh adalah hidup yang diwarnai oleh kekudusan. Apa artinya “kekudusan”? Apakah itu berarti kamu menjadi orang aneh, yang sama sekali terasing dari teman-teman kamu dan meremehkan teman-teman kamu yang “tidak kudus”?Dalam Surat 1 Petrus 1:13-16 dikatakan sebagai berikut: 13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. 14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Ada ciri-ciri yang mestinya terlihat sangat jelas yang membedakan seorang pengikut Kristus dari orang lain. Surat Petrus mengajarkan agar kekudusan itu tampak nyata dalam hidup orang Kristen, antara lain dengan menaruh pengharapan kepada kasih karunia Tuhan, dan menjaga hidupnya dengan tidak menuruti hawa nafsu, serta mempertahankan dirinya tetap kudus.
Dalam Surat Roma 12:2, Paulus mengatakan sebagai berikut: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Kata “kudus” dalam bahasa Ibrani berarti “dipisahkan untuk dipakai khusus oleh Allah.” Benda-benda kudus yang dipergunakan di Bait Suci, misalnya, adalah benda-benda yang dibuat khusus untuk ibadah, dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya di luar Bait Suci. Demikian pula, orang-orang yang kudus, seperti yang dijelaskan oleh Surat 1 Petrus 1:16, mestinya menunjukkan kehidupan yang khusus dan berbeda, karena mereka telah dipilih untuk menjadi milik Allah yang kudus. Bila Allah yang memanggil kita itu kudus, maka kita sebagai milik-Nya, juga harus menjadi kudus, memperlihatkan hidup kudus, dan menjauhkan diri dari kehidupan yang sembarangan, yang justru berlawanan dengan citra Allah yang kudus itu.
Rangkuman
Hidup yang dipimpin oleh Roh adalah hidup yang bebas dari ketakutan. Dengan keberanian, orang-orang Kristen dari abad ke abad tidak takut menghadapi maut sekalipun dan dari situ pula mereka menunjukkan kesaksian hidup mereka.Hidup yang dipimpin oleh Roh juga menunjukkan identitas diri orang Kristen yang jelas, yaitu hidup bukan mengikuti daging melainkan menurut kehendak Allah, dan mencerminkan identitas kita sebagai anak-anak Allah. Itulah hidup kudus yang dituntut dari setiap orang Kristen.
Sekian pembahasan mengenai Hidup sebagai Anak-anak Allah dan dalam Kekudusan semoga dapat membantu sobat dalam proses belajar.
0 komentar
Posting Komentar