Di dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang membahas mengenai etos kerja atau semangat yang biasanya dinilai dari kerja keras atau usaha yang dilakukan serta ketekunan seseorang dalam berusaha atau bekerja. Karena bekerja bukan hanya untuk mencukupi biaya hidup atau kebutuhan sehari-hari saja dalam mencari rejeki, namun juga sebagai salahsatu kebutuhan dalam bermasyarakat, juga melatih kepemimpinan, tanggung jawab, memahami aturan dengan baik dan benar. Berikut ini pembahasan mengenai ayat-ayat tentang Etos Kerja yang ada di dalam Al-Quran.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ”Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah [58]: 11)
Ar-Razi memberikan penjelasan yang menarik tentang turunnya ayat ini. Ar-Razi menjelaskan dua hal tentang ayat ini. Pertama, jika kita disuruh berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannya. Kedua, jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Berdasarkan keterangan para ahli di atas, seluruhnya menjelaskan tentang tata cara bermajelis, yaitu dengan memberikan tempat kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang dapat dipetik tentang tata cara bekerja, sebagai sarana penting dalam menjalani hidup di dunia ini.
a. Dalam Bekerja Hendaknya Membuat Perencanaan Tertentu
Ketika Rasulullah sedang menyampaikan pesan-pesan hikmah di depan para sahabat tampak bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jika ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati beliau karena kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan.
Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaan tertentu dengan matang untuk diterapkan, sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jika dilakukan bersama orang lain, membutuhkan manajemen tertentu untuk mencapai target pekerjaan dengan sukses.
Oleh karena setiap pribadi memiliki karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan, perlu dibuat aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Termasuk dalam perencanaan adalah melakukan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi.
b. Memberikan Kesempatan kepada Orang Lain
Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk bergantian berdiri dengan memberikan kesempatan kepada sahabat lain, yaitu Sabit bin Qais si ahli Badar. Kasus ini memberi pesan bahwa jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Jika dikaitkan tentang etos kerja, memberi contoh dalam upaya memberikan kesempatan kepada orang lain. Telah menjadi tabiat manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa bodoh kepada orang lain. Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup kesempatan orang lain untuk mendapatkan kedudukan dan kesempatan kerja seperti yang kita raih. Kita merasa khawatir jika memberikan kesempatan kepada mereka, rezeki kita menjadi berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu kepada sesama.
Rasulullah saw. pernah bersabda, Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu masih bersedia menolong sesama muslim. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah janji Allah, jika kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat pertolongan dari Allah Swt. sehingga tidak perlu takut kalau rezekinya menjadi berkurang. Rezeki yang kita peroleh justru semakin barokah jika kita dapat membagikan kepada orang lain.
Sebaliknya, betapa pun mendapatkan rezeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jika bersikap egois dengan mementingkan urusan dirinya sendiri.
Termasuk sikap memberikan kesempatan kepada orang lain adalah menyiapkan regenerasi secara baik. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang baik adalah yang dapat melahirkan generasi yang berbakat. Generasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan.
c. Mematuhi Aturan yang Berlaku
Dalam Surah al-Mujadilah [58] ayat 11 juga ditegaskan, Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, . . . . Kita dilarang melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan tertentu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk menghormati para ahli Badar karena derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat pun patuh pada peraturan tersebut.
Di dalam hubungan bekerja dengan orang lain diharapkan kita dapat dan juga memahami serta mematuhi aturan yang berlaku, karena jika melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan tentunya akan menjadi masalah baru untuk diri sendiri. Contohnya tentang target kerja yang tidak atau belum dicapai, hubungan komunikasi yang kurang baik, dan terjadi perselisihan di tempat kerja yang tentunya tidak kita inginkan.
d. Bekerja dengan Berbekal Iman serta Ilmu
Pada penutup ayat juga sudah diberikan penjelasan, ”Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” Dari sini dapat kita pahami bahwa seseorang yang memiliki iman dan ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman adalah modal utama sebagai tolak ukur, untuk mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dalam dunia kerja misalnya, seseorang dituntut memiliki dedikasi, kemampuan skill, dan juga berprilaku profesional.
Akan tetapi, itu semua masih belum sempurna tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji lainnya.
Oleh karena kita telah yakin bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus didasari untuk mencari rida dari Allah Swt. tidak sekadar mencari rezeki saja sehingga memiliki nilai ibadah.
Berikut ini beberapa hikmah pentingnya bekerja keras sebagai berikut.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an banyak ditemukan penjelasan tentang pentingnya bekerja. Akan tetapi, jika kita menyimak dalam masyarakat, jumlah pengangguran ternyata masih banyak. Coba tunjukkan solusi yang Anda tawarkan agar jumlah pengangguran di negeri kita berkurang. Perlukah menurut Anda membangkitkan semangat wirausaha bagi mereka agar tidak bergantung kepada orang lain? Jawablah kedua pokok masalah tersebut dan tulislah jawabannya secara tertulis.
1. Menyeimbangkan antara Kebutuhan Dunia dan Akhirat Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Wabtagi fima atakallahud-daral-akhirata wa la tansa nasibaka minad-dun-ya wa ahsin kama ahsanallahu ilaika wa la tabgil-fasada fil-ard(i), innallaha la yuhibbul-mufsidin(a).
Artinya:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. ”(Q.S. al-Qasas. [28]: 77)
Ikhtisar
Pemahaman Tentang Etos Kerja di dalam ayat-ayat Al-Quran
Di dalam ajaran agama Islam setiap umat diwajibkan untuk bekerja, dimana kerja bukan hanya sebagai sarana untuk mandapatkan penghasilan atau pintu rezeki, tetapi juga sebagai jalan untuk mendapatkan rida dari Allah Swt. Dengan bekerja setiap hari kebutuhan hidup akan mudah tercukupi, sehingga nantinya dapat mengerjakan ibadah kepada Allah Swt, menjalankan perintah agama seperti beramal, zakat, pergi berhaji dan lainnya. Karena itu, di dalam bekerja harus dengan cara yang benar, halal tidak merugikan orang lain. Kita tidak boleh bekerja dengan cara yang melanggar aturan syariat sehingga akan merugikan kehidupan kita sendiri dan di minta pertanggung-jawaban di akhirat kelak.Surah Al-Mujadilah Ayat 11, Membahas Tentang Etos Kerja |
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu idzaa qiila lakum tafassahuu fiil
majaalisi faafsahuu yafsahillahu lakum wa-idzaa qiilaansyuzuu faansyuzuu
yarfa'illahul-ladziina aamanuu minkum waal-ladziina uutuul 'ilma darajaatin
wallahu bimaa ta'maluuna khabiirun
Kandungan Surah Al-Muja-dilah [58] Ayat 11
Asbabun nuzul ayat ini menurut para ahli tafsir adalah berkaitan dengan sikap melapangkan dalam bermajelis. Ibnu ‘Abbas memberi penjelasan tentang sebab turunnya ayat ini. Menurutnya, turunnya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw. dan para sahabat sedang berada dalam majelis kemudian datang Sabit bin Qais. Oleh karena pendengaran Sabit sudah agak terganggu, ia memilih masuk dalam majelis dan mendekati Rasulullah saw. Di antara para sahabat ada yang secara sukarela memberikan kesempatan, tetapi ada juga yang menolak.Ar-Razi memberikan penjelasan yang menarik tentang turunnya ayat ini. Ar-Razi menjelaskan dua hal tentang ayat ini. Pertama, jika kita disuruh berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannya. Kedua, jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Berdasarkan keterangan para ahli di atas, seluruhnya menjelaskan tentang tata cara bermajelis, yaitu dengan memberikan tempat kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang dapat dipetik tentang tata cara bekerja, sebagai sarana penting dalam menjalani hidup di dunia ini.
a. Dalam Bekerja Hendaknya Membuat Perencanaan Tertentu
Ketika Rasulullah sedang menyampaikan pesan-pesan hikmah di depan para sahabat tampak bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jika ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati beliau karena kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan.
Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaan tertentu dengan matang untuk diterapkan, sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jika dilakukan bersama orang lain, membutuhkan manajemen tertentu untuk mencapai target pekerjaan dengan sukses.
Oleh karena setiap pribadi memiliki karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan, perlu dibuat aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Termasuk dalam perencanaan adalah melakukan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi.
b. Memberikan Kesempatan kepada Orang Lain
Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk bergantian berdiri dengan memberikan kesempatan kepada sahabat lain, yaitu Sabit bin Qais si ahli Badar. Kasus ini memberi pesan bahwa jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Jika dikaitkan tentang etos kerja, memberi contoh dalam upaya memberikan kesempatan kepada orang lain. Telah menjadi tabiat manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa bodoh kepada orang lain. Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup kesempatan orang lain untuk mendapatkan kedudukan dan kesempatan kerja seperti yang kita raih. Kita merasa khawatir jika memberikan kesempatan kepada mereka, rezeki kita menjadi berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu kepada sesama.
Rasulullah saw. pernah bersabda, Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu masih bersedia menolong sesama muslim. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah janji Allah, jika kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat pertolongan dari Allah Swt. sehingga tidak perlu takut kalau rezekinya menjadi berkurang. Rezeki yang kita peroleh justru semakin barokah jika kita dapat membagikan kepada orang lain.
Sebaliknya, betapa pun mendapatkan rezeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jika bersikap egois dengan mementingkan urusan dirinya sendiri.
Termasuk sikap memberikan kesempatan kepada orang lain adalah menyiapkan regenerasi secara baik. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang baik adalah yang dapat melahirkan generasi yang berbakat. Generasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan.
c. Mematuhi Aturan yang Berlaku
Dalam Surah al-Mujadilah [58] ayat 11 juga ditegaskan, Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, . . . . Kita dilarang melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan tertentu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk menghormati para ahli Badar karena derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat pun patuh pada peraturan tersebut.
Di dalam hubungan bekerja dengan orang lain diharapkan kita dapat dan juga memahami serta mematuhi aturan yang berlaku, karena jika melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan tentunya akan menjadi masalah baru untuk diri sendiri. Contohnya tentang target kerja yang tidak atau belum dicapai, hubungan komunikasi yang kurang baik, dan terjadi perselisihan di tempat kerja yang tentunya tidak kita inginkan.
d. Bekerja dengan Berbekal Iman serta Ilmu
Pada penutup ayat juga sudah diberikan penjelasan, ”Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” Dari sini dapat kita pahami bahwa seseorang yang memiliki iman dan ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman adalah modal utama sebagai tolak ukur, untuk mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dalam dunia kerja misalnya, seseorang dituntut memiliki dedikasi, kemampuan skill, dan juga berprilaku profesional.
Akan tetapi, itu semua masih belum sempurna tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji lainnya.
Oleh karena kita telah yakin bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus didasari untuk mencari rida dari Allah Swt. tidak sekadar mencari rezeki saja sehingga memiliki nilai ibadah.
Berikut ini beberapa hikmah pentingnya bekerja keras sebagai berikut.
- Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari ketergantungan pada orang lain.
- Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.
- Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan ikhlas sebagai pengabdian kepada Allah.
- Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam setiap keadaan.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an banyak ditemukan penjelasan tentang pentingnya bekerja. Akan tetapi, jika kita menyimak dalam masyarakat, jumlah pengangguran ternyata masih banyak. Coba tunjukkan solusi yang Anda tawarkan agar jumlah pengangguran di negeri kita berkurang. Perlukah menurut Anda membangkitkan semangat wirausaha bagi mereka agar tidak bergantung kepada orang lain? Jawablah kedua pokok masalah tersebut dan tulislah jawabannya secara tertulis.
Dalil-Dalil Lain tentang Etos Kerja
Ada beberapa dalil lain yang menjelaskan tentang pentingnya bekerja, di antaranya ayat dengan tema sebagai berikut.1. Menyeimbangkan antara Kebutuhan Dunia dan Akhirat Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Wabtagi fima atakallahud-daral-akhirata wa la tansa nasibaka minad-dun-ya wa ahsin kama ahsanallahu ilaika wa la tabgil-fasada fil-ard(i), innallaha la yuhibbul-mufsidin(a).
Artinya:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. ”(Q.S. al-Qasas. [28]: 77)
Ikhtisar
- Asbabun nuzul Surah al-Mujadilah [58] Ayat 11 menurut para ahli tafsir berkaitan dengan sikap melapangkan dalam bermajelis.
- Menurut pendapat Ar-Razi, Surah al-Muja-dilah [58] Ayat 11 menjelaskan dua hal sebagai berikut.
- Jika kita disuruh berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, hendaknya segera memberikannya.
- Jika kita disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
- Dalam bekerja kita dianjurkan untuk membuat perencanaan tertentu.
- Dalam hal muammalah kita hendaknya mau memberikan kesempatan kepada orang lain.
- Bekerja harus dilakukan dengan mematuhi aturan yang berlaku.
- Seseorang dapat bekerja dengan baik jika memiliki bekal iman dan ilmu.
0 komentar
Posting Komentar