Hidup yang Dipimpin oleh Roh, Mengenal Monginsidi

>
Hidup yang Dipimpin oleh Roh - Materi kali ini akan membahas mengenai hidup yang dipimpin oleh Roh. Dalam pembahasan ini dijabarkan mengenai peran Roh Kudus dalam hidup orang beriman. Dalam rangka memperdalam materi pembahasan, dikemukakan mengenai tokoh pejuang kemerdekaan dan tokoh gereja yang memiliki keyakinan penuh akan penyertaan Allah dalam hidupnya. Diharapkan cerita kehidupan yang berasal dari para tokoh itu menginspirasi kamu untuk tidak ragu menyerahkan diri pada pimpinan Allah dalam Roh-Nya.

Menyanyikan KJ No. 236: Roh Kudus, Sinarilah
Roh Kudus, sinarilah hati gundah dan lelah.
Ganti kuasa yang gelap dengan t’rangMu yang tetap.


Roh Kudus, sucikanlah hati risau dan lemah.
Yang t’lah lama dicekam oleh Iblis yang kejam.


Roh Penghibur, angkatlah hati susah, berkesah.
Hibur hati yang sedih, balut luka yang perih.


Roh Kudus, diamilah hati yang t’lah berserah.
Kaulah saja, Tuhanku, Raja dalam hatiku.


Mengenal Monginsidi, Pahlawan Nasional

Robert Wolter Monginsidi adalah seorang pemuda pemberani yang pada tahun 1973 dinyatakan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Wolter dilahirkan di Desa Malalayang, Manado, pada 15 Februari 1925. Ketika Perang Pasifik meletus pada tahun 1937, Wolter masih duduk di kelas 2 MULO atau SMP – masih lebih muda daripada kamu. Setelah Jepang menduduki Indonesia, ia masuk ke sekolah bahasa Jepang.

Hidup yang Dipimpin oleh Roh, Mengenal Monginsidi
Hidup yang Dipimpin oleh Roh, Mengenal Monginsidi
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan tidak begitu saja diperoleh dengan mudah. Pemerintah Belanda masih ingin terus menguasai Indonesia. Wolter pun bergabung menjadi anggota pasukan pejuang kemerdekaan di Makassar. Setelah pasukan NICA/Belanda mendarat dan menguasai wilayah Sulawesi Selatan, muncullah perlawanan luar biasa khususnya dari kalangan pemuda di sana.

Nama Wolter Monginsidi segera menjadi terkenal di kalangan masyarakat di Makassar setelah ia memimpin sebuah serangan terhadap pos tentara Belanda di kota itu pada 27 Oktober 1945. Namun perlawanan ini terbukti tidak seimbang karena pasukan Belanda didukung oleh kekuatan militer yang modern. Tentara Belanda pun berhasil menguasai kota Makassar sepenuhnya, sementara para pejuang mengundurkan diri ke luar kota dan mengonsentrasikan kekuatan mereka di daerah Polombangkeng. Para pejuang muda itu pun kemudian membentuk Laskar Pemberontakan Rakyat Sulawesi Selatan (LAPRIS) dengan Monginsidi sebagai sekretaris jenderalnya.

Sering sekali Monginsidi menyamar sebagai polisi tentara Belanda dan menyusup masuk ke dalam kota. Dengan cara itu, ia dapat menemukan sasaran-sasaran serangan yang tepat. Masalah ini mempersulit Belanda dan serangan-serangan pasukan pemuda itu menimbulkan kerugian yang besar.

Pada tanggal 28 Februari 1947, Belanda mengadakan razia besar-besaran dan Monginsidi ikut terjaring di tengah-tengah penyamarannya. Namun pada 27 Oktober 1947 ia berhasil meloloskan diri dan kembali memimpin serangan-serangan. Malangnya, Sembilan hari kemudian Monginsidi kembali tertangkap di tengah-tengah razia tentara Belanda yang semakin ketat.

Belanda membujuk Monginsidi untuk bekera sama. Namun semua itu ditolaknya mentah-mentah. Karena itulah, Monginsidi dijatuhi vonis hukuman mati. Monginsidi menerima hukuman itu dengan tabah. Ia juga menolak kesempatan untuk meminta grasi (pengampunan).

Pada 5 September 1949, saat tanda-tanda perdamaian mulai tampak dengan dimulainya Konferensi Meja Bundar, rakyat Indonesia dikejutkan oleh berita kematian Robert Wolter Monginsidi.

Monginsidi dibawa ke Pacinang untuk menghadapi regu penembak. Ia menolak matanya ditutup. Sebelum menuju ke tempat penembakan Wolter menjabat tangan semua yang hadir. Kepada regu penembak, Wolter berkata, “Laksanakan tugas Saudara! Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan. Saya maafkan Saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa Saudara-saudara.”

Dengan tenang ia menghadapi pasukan yang akan menembaknya. Di tangan kirinya ia memegang Alkitab dengan secarik kertas yang berisi kata-kata “Setia sampai mati” yang diambil dari Wahyu 2:10, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

Sementara itu tangan kanannya mengacung ke atas, dan ia berteriak, “Merdeka!” sebelum butiran peluru menembus dadanya. Ketegaran dan keteguhan hati menghadapi moncong-moncong senjata yang dibidikan kepadanya dan menolak ketika matanya akan ditutup, ia berucap, “Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku.”

Peranan Roh di dalam Hidup Kita

Di dalam Alkitab “dipimpin” atau “dikuasai oleh Roh” adalah istilah yang biasa dipakai untuk menggambarkan orang yang hidupnya berkenan kepada Allah. Dalam 1 Samuel 16 dikisahkan bahwa Daud diurapi oleh Samuel. “Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.” (1 Sam. 16:13) Kita tahu bagaimana hidup Daud dipimpin oleh Roh Allah sehingga ia menjadi raja Israel terbesar.

Karena pimpinan Roh Allah itulah, maka Daud bisa menghadapi berbagai bahaya di dalam hidupnya. Misalnya, hampir setiap orang Kristen mungkin mengenal dan hafal Mazmur 23, yang di dalamnya dilukiskan sikap Daud yang merasa tenang dan damai karena ia selalu disertai oleh Tuhan.

Mazmur 23

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku, Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. 

Penjelasan dan makna dari Mazmur 23
Mazmur ini, yang bersumber dalam pikiran Tuhan dan diilhamkan oleh Roh Kudus, mengungkapkan perhatian dan pemeliharaan-Nya yang tekun atas mereka yang mengikut Dia. Mereka merupakan sasaran kasih ilahi yang sangat dihargai-Nya. Dia mempedulikan masing-masing mereka sebagaimana seorang ayah mempedulikan anak-anaknya dan seorang gembala domba-dombanya.
  1. Allah, melalui Kristus dan oleh Roh Kudus, demikian memperhatikan setiap anak-Nya sehingga Ia ingin mengasihi, memelihara, melindungi, membimbing, dan dekat dengan anak itu, sebagaimana dilakukan oleh seorang gembala yang baik dengan domba-dombanya sendiri
  2. Orang percaya adalah domba-domba Tuhan. Kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran khusus kasih sayang dan perhatian-Nya. Sekalipun "kita sekalian sesat seperti domba" (Yes 53:6), Tuhan telah menebus kita dengan darah-Nya yang tercurah (1Pet 1:18-19), dan kini kita menjadi milik-Nya. Selaku domba-domba Allah kita dapat menagih janji-janji mazmur ini waktu kita menanggapi suara-Nya dan mengikut Dia.
  3. "Takkan kekurangan" artinya; aku tidak kekurangan apapun yang diperlukan bagi pelaksanaan kehendak Allah dalam kehidupanku.
  4. bahwa aku akan puas dengan pemeliharaan Gembala yang Baik serta perhatian-Nya kepadaku bahkan pada saat-saat mengalami kesulitan pribadi, karena aku mengandalkan kasih dan komitmen Allah kepadaku.
  5. Engkau besertaku; Pada saat-saat bahaya, kesulitan dan bahkan kematian, aku tidak takut bahaya. Mengapa? Karena "Engkau besertaku" di dalam setiap situasi kehidupan (bd. Mat 28:20). "Gada" (tongkat pendek) menjadi senjata pertahanan atau disiplin, melambangkan kekuatan, kuasa, dan wibawa Allah (bd. Kel 21:20; Ayub 9:34). "Tongkat" (tongkat ramping panjang yang salah satu ujungnya melengkung) dipakai untuk mendekatkan domba-domba dengan gembalanya, menuntunnya pada jalan yang benar atau menyelamatkannya dari kesulitan. Gada dan tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan kita .
  6. Kebajikan dan kemurahan; Dengan sang Gembala menemani aku sepanjang jalan hidup ini, aku akan menerima pertolongan, kemurahan, dan dukungan. Tidak perduli apa yang terjadi aku dapat mempercayai Gembala yang Baik akan bekerja melalui segala sesuatu demi kebaikanku (Rom 8:28; Yak 5:11). Sasaran dari mengikuti sang Gembala serta mengalami kebaikan dan kasih-Nya ialah agar pada suatu saat aku akan bersama Tuhan selama-lamanya (1Tes 4:17), melihat wajah-Nya (Wahy 22:4), dan melayani Dia sepanjang masa di rumah-Nya
Dalam sejarah Gereja kita menemukan orang-orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh sehingga mereka menjadi orang-orang yang pemberani. Polikarpus (69-155 M.) seorang uskup dari Smirna (sekarang Izmir, di Turki), ditangkap karena menolak untuk menyembah kaisar Roma. Ia mati sebagai seorang syuhada. Ia diikat lalu dibakar sampai mati. Menurut kisahnya, ia ditusuk tewas karena api yang dimaksudkan untuk membakarnya tidak mampu menyentuhnya. Ia dicatat pernah berkata seperti ini pada hari kematiannya, “Delapan puluh enam tahun aku telah melayani Dia, dan Dia tidak pernah melakukan kesalahan padaku. Jadi, bagaimana aku menghujat Raja dan Juruselamatku? Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.”

Martin Luther, tokoh Reformasi yang berani melawan Gereja dan Paus pada waktu itu, dipanggil dalam sebuah persidangan pada tahun 1521 yang dipimpin oleh Kaisar Karl V. Pangeran Frederick III, Pangeran dari Sachsen, memperoleh jaminan keselamatan bagi Luther untuk menghadiri persidangan itu. Johann Eck, yang berbicara atas nama Kaisar, mengajukan salinan-salinan tulisan Luther di atas meja dan bertanya, apakah buku-buku itu memang tulisan-tulisannya, dan apakah ia tetap berpegang pada isinya.

Luther mengakui semuanya, namun ia meminta waktu untuk menjawab pertanyaan yang kedua. Ia berdoa, berkonsultasi dengan teman-temannya, dan esok harinya ia menjawab, “Apabila aku tidak diyakinkan oleh kesaksian Kitab Suci atau oleh penalaran yang jelas (karena aku tidak percaya kepda paus atau dewan semata-mata, karena sudah diketahui dengan luas bahwa mereka seringkali keliru dan bertentangan satu sama lain), aku terikat pada Kitab Suci yang telah kukutip dan hati nuraniku diikat oleh Firman Allah. Aku tidak dapat dan tidak akan mencabut satu kata pun, karena tidaklah aman dan tidak benar bila aku menolak hati nuraniku. Semoga Allah menolong aku!”

Selama lima hari kemudian rapat-rapat tertutup diadakan untuk menentukan nasib Luther. Kaisar mengajukan rancangan Diet Worms pada 25 Mei 1521 yang isinya menyatakan Luther sebagai pelanggar hukum, tulisan-tulisannya dilarang beredar, dan ia harus segera ditangkap. Juga dinyatakan bahwa di seluruh Jerman tak seorangpun boleh memberikan makanan atau perlindungan kepada Luther, atau mereka akan dijatuhi hukuman. Darahnya dianggap sah untuk dicurahkan. Nyawanya terancam, namun Luther tidak mundur sedikit pun.

0 komentar

Posting Komentar