Padewasan sangat penting bagi perkembangan bidang pertanian, bercocok tanam sesuai Sapta Wara, pantangan dan hari baik menanam tanaman berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara, dan Wuku - Pada pembahasan materi agama hindu kali ini akan membahas mengenai macam atau ragam padewasan di bidang pertanian serta dampak dari padewasan dalam membentuk sikap keagaamaan, dan contoh nyata dalam kehidupan bermayarakat, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan berikut ini!
Terjemahan:
Kami memanggil yang Ilahi dan cerah tak terbatas pada saat fajar, dan tengah hari ketika matahari tinggi, kami memujamu wahai penguasa sinar dan kebahagiaan pada segala musim, demi untuk kekayaan, keturunan, kemakmuran dan kebahagiaan (Rgveda VII.69.3)
Sistem pertanian dalam ajaran Hindu bukanlah suatu hal yang baru, karena perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan agama Hindu di daerah asalnya India. Sebelum pengaruh agama Hindu dan Buddha datang, kepercayaan tradisional masyarakat Indonesia telah mengenal pemujaan terhadap unsur-unsur alam termasuk benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang. Sebagai masyarakat agraris yang relegius terbangun sebuah keyakinan bahwa keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pengaruh-pengaruh di luar dirinya.
Sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik tidak lepas dari usaha realitas di luar dirinya. Mencari hari baik (dewasa ayu), serta melakukan kegiatan ritual sebagai salah satu “resep” jitu untuk menopang keberasilan dalam aktivitas kehidupan.
Sebelum dikenalnya sistem penanggalan seperti dalam kelender yang ada saat ini, dalam menentukan hari baik mereka selalu berpatokan pada munculnya bendabenda langit (bintang) serta posisi bumi, bulan dan matahari. Hal ini digunakan untuk menentukan hari yang baik dalam bercocok tanam, termasuk aktivitas religi.
Jika bintang Wuluku/tenggala (orion) berada tepat di atas, dua dari bintangnya berada di posisi barat dari garis tengah utara-selatan jam 18.00-20.23 (dauh wengi) nanceb masa : petani mulai menanam padi yang berumur 4 sampai 5 bulan, seperti padi ijo gading (4 bulan), pokal (4,5 bulan). Jatuh berkisar sasih Palguna-Caitra/Kaulu-Kesanga (8-9) atau Januari-Pebruhari. Jika Bintang Karawika (Taurus) mulai terlihat di timur berkisar pukul 03.36-05.59 (dauh wengi) mabyan sawah, petani mulai menanam bawang, semangka, dan lain-lain. Jatuh berkisar sasih Shrawana-Bhadrapada/Kasa-Karo (1-2)/Juni-Juli.
Dasar pertimbangan dan landasan filosofis relegius tersebut, hingga kini diwarisi wariga yang berkaitan dalam bidang pertanian. Adapun beberapa contoh baikburuknya hari dalam kaitannya bidang pertanian sebagai berikut :
Bercocok tanam sesuai Sapta Wara
a. Redite menanam tanaman yang beruas (sarwa buku)
b. Soma menanam tanaman yang berumbi (sarwa bungkah)
c. Anggara tanaman yang daunnya yang berfungsi, (sarwa daun)
d. Buddha menanam segala yang berbunga (sarwa sekar)
e. Wrhaspati menaman segala biji-bijian (sarwa wija)
f. Sukra nenanam segala buah (sarwa phala)
g. Saniscara menam tanaman merambat (sarwa melilit)
Hari baik menanam padi berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku
a. Redite - Umanis - Merakih
b. Coma - Umanis - Tolu
c. Anggara - Umanis - Uye
d. Buddha - Umanis - Julungwangi
e. Wraspati - Umanis - Ugu
f. Sukra - Umanis - Langkir
g. Saniscara - Umanis - Watugunung
Pantangan menanam tanaman berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku
a. Wrhaspati - Pon - Landep
b. Redite - Pon - Julungwangi
c. Soma - Pon - Dunggulan
d. Anggara - Pon - Langkir
e. Budha - Pon - Pujut
f. Wrhaspati - Pon - Krulut
g. Wraspati - Pon - Tambir
Dengan latar belakang tersebut, maka kelahiran manusia dan kejadian di alam semesta ini (misalnya musim) dengan sendirinya akan menempati salah satu siklus diantara siklus-siklus yang ada. Misalnya manusia yang dilahirkan pada hari Senin, akan masuk ke dalam siklus Senin yang telah dihuni oleh banyak orang sebelumnya, yang lahir pada hari yang sama. Oleh karena itu secara umum mereka menjadi satu wadah yang bernama siklus. Maka berdasarkan ‘Ilmu Titen’ atau ilmu hasil dari mengenali / mengamati dan terus berlangsung turun-temurun, watak seseorang atau pergerakan alam secara garis besar dapat dikenali bahkan diprediksi.
Ada beberapa dampak dari pemahaman padewasan yang dapat membentuk sikap keagamaan antara lain:
jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin materi dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!
Macam-macam Pedewasan Bidang Pertanian dan Dampak Padewasan
Pràtar devìm aditiý johavìmi
maddhyadina udità sùryasa
ràye mitràvaruóà savatàtele tokàya
tanayàya úaý yoh
maddhyadina udità sùryasa
ràye mitràvaruóà savatàtele tokàya
tanayàya úaý yoh
Terjemahan:
Kami memanggil yang Ilahi dan cerah tak terbatas pada saat fajar, dan tengah hari ketika matahari tinggi, kami memujamu wahai penguasa sinar dan kebahagiaan pada segala musim, demi untuk kekayaan, keturunan, kemakmuran dan kebahagiaan (Rgveda VII.69.3)
Memahami Pedewasan Bidang Pertanian
Diawali dengan mantra yang terdapat dalam Rgveda tersebut di atas, sebagai pemujaan kepada Tuhan sebagai penguasa Sinar dan pemberi kebahagiaan pada segala musim karena Tuhanlah sebagai penguasa dan sang pengendali dari musim tersebut. Demikian pula halnya dalam bidang pertanian, musim tanam sangat ditentukan dari padewasan. Karena tanaman akan berhasil dengan baik apabila jenis tanaman tepat dan cocok dengan musim pada saat tersebut.Sistem pertanian dalam ajaran Hindu bukanlah suatu hal yang baru, karena perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan agama Hindu di daerah asalnya India. Sebelum pengaruh agama Hindu dan Buddha datang, kepercayaan tradisional masyarakat Indonesia telah mengenal pemujaan terhadap unsur-unsur alam termasuk benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang. Sebagai masyarakat agraris yang relegius terbangun sebuah keyakinan bahwa keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pengaruh-pengaruh di luar dirinya.
Macam-macam Pedewasan Bidang Pertanian dan Dampak Padewasan |
Sebelum dikenalnya sistem penanggalan seperti dalam kelender yang ada saat ini, dalam menentukan hari baik mereka selalu berpatokan pada munculnya bendabenda langit (bintang) serta posisi bumi, bulan dan matahari. Hal ini digunakan untuk menentukan hari yang baik dalam bercocok tanam, termasuk aktivitas religi.
Jika bintang Wuluku/tenggala (orion) berada tepat di atas, dua dari bintangnya berada di posisi barat dari garis tengah utara-selatan jam 18.00-20.23 (dauh wengi) nanceb masa : petani mulai menanam padi yang berumur 4 sampai 5 bulan, seperti padi ijo gading (4 bulan), pokal (4,5 bulan). Jatuh berkisar sasih Palguna-Caitra/Kaulu-Kesanga (8-9) atau Januari-Pebruhari. Jika Bintang Karawika (Taurus) mulai terlihat di timur berkisar pukul 03.36-05.59 (dauh wengi) mabyan sawah, petani mulai menanam bawang, semangka, dan lain-lain. Jatuh berkisar sasih Shrawana-Bhadrapada/Kasa-Karo (1-2)/Juni-Juli.
Dasar pertimbangan dan landasan filosofis relegius tersebut, hingga kini diwarisi wariga yang berkaitan dalam bidang pertanian. Adapun beberapa contoh baikburuknya hari dalam kaitannya bidang pertanian sebagai berikut :
Bercocok tanam sesuai Sapta Wara
a. Redite menanam tanaman yang beruas (sarwa buku)
b. Soma menanam tanaman yang berumbi (sarwa bungkah)
c. Anggara tanaman yang daunnya yang berfungsi, (sarwa daun)
d. Buddha menanam segala yang berbunga (sarwa sekar)
e. Wrhaspati menaman segala biji-bijian (sarwa wija)
f. Sukra nenanam segala buah (sarwa phala)
g. Saniscara menam tanaman merambat (sarwa melilit)
Hari baik menanam padi berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku
a. Redite - Umanis - Merakih
b. Coma - Umanis - Tolu
c. Anggara - Umanis - Uye
d. Buddha - Umanis - Julungwangi
e. Wraspati - Umanis - Ugu
f. Sukra - Umanis - Langkir
g. Saniscara - Umanis - Watugunung
Pantangan menanam tanaman berdasarkan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku
a. Wrhaspati - Pon - Landep
b. Redite - Pon - Julungwangi
c. Soma - Pon - Dunggulan
d. Anggara - Pon - Langkir
e. Budha - Pon - Pujut
f. Wrhaspati - Pon - Krulut
g. Wraspati - Pon - Tambir
Dampak Padewasan
Dalam pandangan ahli spiritual setiap fenomena alam memiliki rahasia dan akan mencerminkan watak (karakter) tersendiri. Termasuk fenomena perubahan “hari” dalam sistem penanggalan. Mengapa bisa demikian? Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap detik posisinya berubah. Untuk kembali pada posisi yang sama, membutuhkan siklus waktu tertentu. Siklus jam, siklus hari, bulan, tahun, pasaran (Legi, Pon dsb), Wuku dan lain sebagainya. Pada intinya setiap siklus berhubungan dengan posisi orbit bumi.Dengan latar belakang tersebut, maka kelahiran manusia dan kejadian di alam semesta ini (misalnya musim) dengan sendirinya akan menempati salah satu siklus diantara siklus-siklus yang ada. Misalnya manusia yang dilahirkan pada hari Senin, akan masuk ke dalam siklus Senin yang telah dihuni oleh banyak orang sebelumnya, yang lahir pada hari yang sama. Oleh karena itu secara umum mereka menjadi satu wadah yang bernama siklus. Maka berdasarkan ‘Ilmu Titen’ atau ilmu hasil dari mengenali / mengamati dan terus berlangsung turun-temurun, watak seseorang atau pergerakan alam secara garis besar dapat dikenali bahkan diprediksi.
Memahami Dampak Padewasan
Agama adalah kebenaran dan kebaikan. Orang-orang yang berpegang teguh padanya akan terimbas oleh kebenaran dan kebaikan agama. Padewasan adalah salah satu cara untuk menjalankan ajaran agama yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan, termasuk kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kehidupan, sehingga pengaruh dari pemahaman terhadap padewan berdampak pada prilaku agama yang semakin konsisten serta pengamalan agama yang semakin intensif. Kekuatan agama terhadap diri manusia terlihat dari berbagai dimensi kehidupan manusia dalam membentuk sikap keagamaan.Ada beberapa dampak dari pemahaman padewasan yang dapat membentuk sikap keagamaan antara lain:
- Dampak moral yaitu salah satu kencendrungan mengembangkan perasaan bersalah ketika manusia berperilaku menyimpang dari hal-hal yang tertuang dalam padewasan.
- Dampak kognitif yaitu meningkatnya pemahaman dan keyakinan manusia, bahwa segala keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak saja berasal dari dalam dirinya (usaha) tetapi ada suatu kekuatan yang berasal dari luar dirinya yang bersumber dari Tuhan, yang turut serta memberikan andil dalam keberhasilan tersebut.
- Dampak afektif yaitu pengalaman batin seseorang yang merupakan salah satu faktor yang ada dalam pengalaman setiap orang beragama. Sebagian orang mungkin mengganggap bahwa pelaksanaan upacara-upacara sesuai dengan padewasan sekedar serimonial saja, namun sebagian yang dengan khusuk berlandaskan keyakinan mencurahkan emosinya akan merasakan ketenangan dan kedamaian.
- Dampak psikomotor yaitu adanya kehati-hatian manusia dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
- Dampak sosial yaitu dengan adanya pemahaman padewasan manusia selalu membangun hubungan sosial yang harmonis, bukan saja sesama manusia tetapi juga dengan Tuhan dan alam lingkungannya.
jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin materi dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!
0 komentar
Posting Komentar