Penjelasan Bagian dari Catur Asmara: Bhiksuka/Sanyasin

>
Memahami Penjelasan Bagian dari Catur Asmara: Bhiksuka/Sanyasin - Pada pembahasan materi agama Hindu kali ini mengenai Bhiksuka atau dikenal juga dengan Sanyasin yang merupakan penjelasan dari salah satu bagian dari bab catur asmara, adapun penjelasannya mengenai Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala yang merupakan unsur yang harus dikalahkan dari tubuh manusia, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak dalam penjelasan singkat berikut ini.

Pengertian dan Penjelasan dari Bhiksuka atau Sanyasin

Bhiksuka juga sering disebut Sanyasin. Kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu, sebutan untuk pendeta Buddha. Bhiksu artinya meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesusilaan.

Dalam pengertian sebagai peminta-minta dimaksudkan ia tidak boleh mempunyai apa-apa dalam pengabdiannya pada Hyang Widhi dan untuk makannya pun ditanggung oleh murid-murid pengikutnya ataupun umatnya sendiri. Dalam pengertian sebagai Sanyasin dimaksudkan meninggalkan keduniawiaan dan hanya mengabdi kepada Hyang Widhi dengan memperluas ajaran-ajaran kesucian.
Penjelasan Bagian dari Catur Asmara: Bhiksuka/Sanyasin
Penjelasan Bagian dari Catur Asmara: Bhiksuka/Sanyasin

Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka, akan mencerminkan suatu sifat dan tingkah laku yang baik serta bijaksana. Seorang Bhiksuka akan selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain menjadi bahagia. Dia akan tetap menyebarkan angin kesejukan, angin kebenaran, tidak mudah diombang-ambing oleh gelombang kehidupan duniawi. Dia telah mampu menundukkan musuh-musuh yang ada dalam dirinya, seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala.

Sad Ripu

Sad Ripu adalah enam macam musuh yang ada dalam setiap diri manusia. Musuh-musuh ini perlu dikendalikan dari diri kita, sehingga dapat menerapkan kehidupan Bhiksuka dengan baik. Adapun keenam musuh tersebut sebagai berikut:
  • Kama artinya hawa nafsu
  • Lobha artinya loba/tamak.
  • Krodha artinya kemarahan
  • Moha artinya kebingungan
  • Mada artinya kemabukan
  • Matsarya artinya iri hati.
Kesemuanya ini merupakan musuh dari setiap orang, namun ukuran pengaruhnya berbeda-beda pada masing-masing orang. Oleh karena Sad Ripu ini merupakan musuh, maka patutlah ia ditaklukan agar dapat dikuasai setiap gerak dari pengaruhnya.

Dengan demikian ia tidak dapat mengganggu kehidupan manusia. Untuk lebih jelasnya marilah kita uraikan satu persatu.

a. Kama

Kama berarti hawa nafsu, hal ini ada pada setiap orang dengan menjadi musuh dari setiap orang, selama belum dapat dikuasainya. Kalau nafsu ini dapat dikuasai dan ditundukkan, ia akan menjadi teman akrab. Bagi orang yang telah dapat mengatasi pengaruh kama itu, adalah orang yang telah lulus dalam liku-likunya hidup. Beberapa kali kehidupan dilaluinya dan setiap pengaruh kama ditelitinya, sehingga dengan kewaspadaan yang tinggi serta dengan usaha yang keras dan akhirnya kama dapat dikendalikan.

Dalam Arjuna Wiwaha ada dikatakan:

Caket eling aning ambek tan
wyar tan dadi kapetut.

Terjemahan:
Karena usaha dari pikiran yang keras, apa saja pasti akan didapatkan.

Kebebasan terhadap kama ini adalah merupakan suatu ajaran Dharma demi untuk mencapai kebahagiaan dan kebebasan, karenanya usahakanlah mengendalikannya.

b. Lobha

Lobha atau tamak menyebabkan orang tidak pernah merasa puas akan sesuatu. Orang yang loba akan selalu ingin memiliki sesuatu yang lebih daripada apa yang telah dimiliki. Dengan demikian ia akan berpikir dan bekerja keras. Akibatnya orang yang demikian itu akan gusar, gelisah resah, karena didorong oleh kelobaannya. Dia tidak akan pernah merasa tenteram dan tenang, sedangkan ketenangan menjadi idaman bagi setiap orang. Oleh karena itu sifat loba itu adalah musuh bagi setiap orang.

c. Krodha

Krodha artinya marah. Kemarahan timbul karena pengaruh perasaan yang jengkel, muak, bosan, tersinggung dan sebagainya. Orang yang suka marah adalah tidak baik, sebab kemarahan menyebabkan orang menderita. Dan orang pada umumnya tidak suka dimarahi. Orang yang dimarahi juga bisa marah, sehingga akan dapat menimbulkan suasana hubungan yang buruk. Orang yang suka marah akan kehilangan simpati dan akhirnya akan terkucil. Karenanya hilangkan perasaan marah itu dan kendalikanlah kemarahan itu.

d. Moha

Moha artinya kebingungan. Karena bingung dapat menyebabkan pikiran menjadi gelap. Orang yang sedang bingung tidak dapat berpikir dengan baik, sehingga tidak akan dapat melakukan kewajiban dengan baik. Kebingungan juga dapat mempengaruhi kesehatan, dan sekaligus menurunkan kondisi tubuh. Moha atau bingung banyak penyebabnya, antara lain:
  1. Karena ditimpa kesusahan yang hebat.
  2. Karena kehilangan sesuatu yang dicintai.
  3. Karena situasi yang menekan perasaannya.
  4. Karena tidak dapat mengatasi problem yang menimpa dirinya.
Semua hal tersebut di atas dapat menimbulkan kebingungan. Agar tidak ditimpa kebingungan, maka perlu terlebih dahulu dalam menghadapi berbagai bentuk persoalan, ditanggapi dengan perasaan dan pikiran yang tenang dan jiwa yang seimbang. Dengan demikian, dapatlah diteliti segala macam persoalan itu dengan cara saksama, serta dapat mencari jalan pemecahannya dengan baik. Menempuh jalan dengan cara demikian berarti kita telah siap untuk menerima segala kemungkinan dan kenyataan yang akan terjadi. Oleh karena itu maka kita harus berusaha menghilangkan kebingungan itu.

e. Mada

Mada artinya minuman keras. Minuman keras mengandung alkohol yang dapat memabukkan. Minuman yang termasuk minuman keras antara lain arak, berem, bir dan lain-lain. Bila minuman ini diminum melewati batas akan menimbulkan kemabukan, bahkan sering menimbulkan akibat yang jelek seperti merusak tubuh, melumpuhkan pencernaan, merusak urat-urat syaraf dan lain sebagainya.

Oleh karena itu orang-orang suci dan sadhu (suci) tidak meminum minuman keras karena dapat memabukkan. Kemabukan ini dapat menghilangkan kesadaran, sehingga menimbulkan perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dari itu kemabukan ini harus dicegah karena ia merupakan musuh yang harus dijauhi.

f. Matsarya

Matsarya artinya iri hati. Perasaan iri hati merupakan perongrongan diri manusia. Karena orang yang diliputi oleh rasa iri ini, tidak senang melihat orang lebih bahagia dan beruntung dari padanya. Orang yang demikian selalu merasa dirinya malang, miskin, nasib sial dan bermacam-macam perasaan negatif yang dirasakan. Akibat dari perasaan yang demikian, maka timbulah maksud-maksud yang tidak baik pada orang lain. Maksud yang tidak baik itu berupa rencana-rencana jahat, ingin memusuhinya, melawan dan bertengkar. Maka dari itu kendalikan dan hilangkanlah sifat-sifat iri hati itu.

Sapta Timira

Sapta Timira artinya tujuh kegelapan. Yang dimaksud dengan tujuh kegelapan ialah tujuh hal yang menyebabkan pikiran orang menjadi gelap. Kegelapan pikiran ini dapat menimbulkan tingkah laku yang jelek dan menyimpang dari ajaran agama.

Ketujuh kegelapan itu adalah:

a. Surupa

Surupa artinya kecantikan atau ketampanan. Kecantikan dan ketampanan ini dibawa sejak lahir, merupakan anugerah Hyang Widhi Wasa. Bagi orang yang memiliki semua ini, boleh merasa beruntung, namun janganlah takabur atas kecantikan dan ketampanan yang dimiliki itu. Karena semua sifatnya maya dan tidak kekal. Ketampanan yang dimiliki seharusnya disertai dengan keluhuran budi pekerti. Kalau tidak demikian, tidak akan ada nilainya semua itu. Hendaknya Surupa itu tidak dibiarkan sebagai biang keladi menuju pada kehancuran.

b. Dhana

Dhana artinya kekayaan. Kekayaan memang sangat berguna bagi siapapun, dan setiap orang menginginkan hal itu. Kekayaan itu disebut artha. Dan bentuk artha itu ada tiga macam yang disebut dengan Tri Bhoga, yaitu bhoga, upabhoga dan pari bhoga.

Kekayaan ini sangat besar gunanya dan sangat besar juga godaannya. Oleh karenanya bagi orang yang memiliki kekayaan hendaknya dapat menggunakan kekayaan itu dengan tepat sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kekayaan harus diperoleh berdasarkan petunjuk agama dan dipergunakan sesuai dengan perintah agama.

Tetapi sering kali kekayaan itu menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi sombong, angkuh, menghina orang lain, mengumbar hawa nafsu dan sering menjadikan lupa diri. Sebenarnya kekayaan itu tidak bersifat kekal.

Dan sebenarnya kekayaan itu adalah anugerah Tuhan, karenanya patutlah dipelihara dan dipergunakan untuk kepentingan Dharma. Kita harus sadari bahwa kekayaan itu tidak akan dibawa mati, harta hanya berguna sewaktu orang itu hidup di dunia ini. Oleh karena itu janganlah menjadi takabur kalau beruntung menjadi orang kaya.

c. Guṇa

Guna artinya kepandaian. Kepandaian dicari oleh setiap orang, dan semua orang ingin menjadi pandai. Karena kepandaian dapat meringankan seseorang dalam menghadapi suka duka kehidupan di dunia ini. Dan kepandaian juga dapat membahayakan orang, bila digunakan untuk kejahatan.

Sering juga, kepandaian itu dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang dilarang oleh ajaran agama misalnya menipu, memperalat orang, memfitnah, mengacau, membuat isu-isu dan korupsi. Dan semua itu dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

Demikianlah kepandaian itu bila diliputi oleh kegelapan, dan akan menimbulkan keburukan serta membahayakan bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu kepandaian harus diimbangi oleh ajaran agama. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta.

d. Kulina

Kulina artinya keturunan. Keturunan memang mempunyai arti yang penting. Orang dipandang terhormat disegani, dapat dipercaya, karena dikenal berasal dari keturunan orang-orang berjasa, baik budi dan karyanya dapat dinikmati oleh banyak orang. Orang tuanya yang berjasa dan terhormat, tapi sampai keturunannyapun ikut menjadi terhormat.

Seringkali dari adanya keturunan ini, orang merasa bangga akan dirinya, karena ia merasa keturunan orang-orang terhormat, maka dengan kebanggaan ini lalu ia menjadi orang yang berderajat tinggi, sombong dan angkuh, sehingga kemudian menghina orang lain. la menganggap orang lain itu rendah dan bodoh. Orang yang demikian tidak dapat dibenarkan sikapnya oleh agama dan masyarakat. Kita hidup adalah saling hormat menghormati, saling harga-menghargai. Menghargai orang lain berarti kita menghargai diri sendiri. Oleh karena itu Kulina atau keturunan yang terhormat itu bukan untuk menghina, merendahkan, dan menghancurkan orang lain.

e. Yowana

Yowana artinya masa muda. Masa muda atau masa remaja ini penuh dengan kegairahan hidup, masa gemilang penuh dengan kreatif. Masa inilah sebenarnya merupakan kesempatan untuk berbuat banyak dalam menimba berbagai ilmu untuk bekal di kemudian hari. Tetapi masa muda ini juga penuh tantangan seperti tidak tetap pendirian, goyah, emosi dan belum ada keseimbangan pikiran, sehingga belum tahu kemanakah arah hidupnya kelak.

Karenanya seringkali perbuatan yang dilakukan kurang terarah, ia lalu berbuat hanya untuk menarik perhatian orang lain. Maka sering tindakan keliru yang dilakukan seperti; melanggar kesopanan, kesusilaan yang dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu kitab Sarasamuccaya memberikan pedoman seperti:
Yuwaiwa dharmmam anwicched
Yuwā wittam yuwa çrutam,
tiryyag bhawati wai dharbha
utpatan na ca widdyati
Matangnya deyaning wwang, pengponganikang kayowanan, panedeng ning
awak, sadanakena ri karjananing dharmma, artha, jnana, kunang apan tan pada
kacaktining atuha lawan rare, drstanta nahan yangalalang atuha, telas rumepa,
marin alandep ika.
(Sarasamuccaya, 27)
Terjemahan:
Pergunakanlah kesempatan selagi masih muda, selagi badan kuat untuk mencari berbagai macam ilmu berdasarkan dharma. Sebab kekuatan sesudah tua jauh lebih merosot dibandingkan dengan pada waktu masih muda. Ibarat padang alang-alang semasih muda ia tajam, tapi setelah tua ia menjadi lemah dan rebah.

Dengan memperhatikan petikan sloka di atas dapat diambil intinya bahwa masa muda harus diisi dengan hal-hal yang baik. Masa inilah masa menuntut ilmu, bekerja keras, menciptakan sesuatu yang berguna dan beraktivitas yang baik. Kalau masa muda ini disalahgunakan, atau dimanfatkan untuk merusak dan merugikan orang lain, maka masa muda yang demikian disebut dengan Yowana. Hal ini perlu dihindari.

f. Sura

Sura artinya minuman keras. Minuman itu kalau diminum melebihi batas akan membuat orang mabuk. Kemabukan membuat orang kehilangan kesadaran, dan akhirnya akan membuat malapetaka. Hal ini harus dijauhi.

g. Kasuran

Kasuran artinya keberanian. Setiap orang perlu memiliki keberanian. Tanpa keberanian orang akan selalu merasa takut. Keberanian di sini dipergunakan untuk dapat mengatasi berbagai masalah dan liku-liku kehidupan. Keberanian yang dilakukan tanpa didasari oleh Dharma maka keberanian itu akan menjurus kepada perbuatan kejam dan sadis. Keberanian yang demikian itu disebut dengan Kasuran. Hal yang demikian perlu dihindari.

Sad Atatayi

Sad Atatayi artinya enam macam pembunuh kejam. Keenam pembunuh ini adalah:

a. Agnida

Agnida artinya membakar milik orang lain. Orang yang karena perasaan iri dan dengki, sentimen pribadi dan macam-macam perasaan lainnya, kemudian melakukan perbuatan terlarang lain membakar milik orang. Perbuatan tersebut digolongkan dalam perbuatan yang kejam dan disebut Agnida. Karenanya kendalikanlah diri dari perbuatan terlarang itu.

b. Wisada

Wisada artinya meracun. Perbuatan meracun adalah suatu perbuatan jahat dan terkutuk. Meracun adalah perbuatan membunuh orang dengan mempergunakan alat berupa benda atau obat keras yang disebut racun. Orang yang melakukan hal ini disebabkan karena perasaan dendam, benci, sehingga orang lain dianggap sebagai musuhnya. Perbuatan yang demikian termasuk perbuatan kejam, tidak berperikemanusiaan karenanya termasuk pembunuhan kejam. Itulah sebabnya perbuatan ini sangat terlarang.

c. Atharwa

Atharwa artinya melakukan ilmu hitam. Ilmu hitam atau black magic ini sering digunakan untuk membuat orang lain menderita sakit, orang lain menjadi gila dan lain sebagainya. Perbuatan dengan melakukan ilmu hitam ini sangat dilarang oleh ajaran agama. Oleh karena itu dianggap sebagai suatu pembunuhan bila dilakukan. Itulah sebabnya ilmu hitam ini jangan dilakukan, karena akibatnya menimbulkan dosa bagi pelakunya.

d. Satraghna

Satraghna artinya mengamuk. Mengamuk adalah suatu perbuatan dari orang yang sedang bingung. Perbuatan mengamuk bisa menimbulkan kepanikan, bahkan bisa menimbulkan pembunuhan. Perbuatan mengamuk itu adalah perbuatan yang tidak terpuji.

e. Dratikrama

Dratikrama artinya memperkosa. Memperkosa adalah perbuatan yang dilakukan tanpa adanya persetujuan kedua belah pihak. Perbuatan memperkosa adalah sama dengan perbuatan binatang, karena binatang melakukan kehendaknya hanya berdasarkan nafsu jahatnya saja. Manusia terlibat dalam perbuatan itu, berarti kesadarannya sudah hilang karena pengaruh nafsu yang tidak terkendalikan lagi. la lupa akan rasa malu, rasa harga diri, nama baik keluarga dan lain sebagainya, Perbuatan semacam itu tidak akan mungkin dapat membahagiakan, tapi sebaliknya akan menimbulkan kesengsaraan. Itulah sebabnya ajaran agama melarang perbuatan dratikrama itu.

f. Raja Pisuna

Raja pisuna artinya memfitnah. Memfitnah adalah suatu perbuatan yang paling tidak baik. Memfitnah lebih kejam dari pembunuhan. Perbuatan ini dilakukan untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Maka dari itu perbuatan semacam ini tidak dibenarkan menurut ajaran agama. Oleh karena itu janganlah dilakukan perbuatan memfitnah itu.

Tri Mala

Tri mala artinya tiga macam perbuatan kotor yaitu:
  • Kasmala yaitu perbuatan yang hina dan kotor.
  • Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan kotor.
  • Moha yaitu pikiran perasaan yang curang dan angkuh.
Musuh-musuh atau sifat-sifat tersebut di atas harus dihindarkan dari segala bentuk perbuatan seperti dalam bentuk perkataan, pikiran, dan perbuatan. Mengenai batas waktu atau saat yang baik untuk menjalankan hidup Bhiksuka atau Sanyasin tidak dapat ditentukan secara pasti. Dalam hubungan ini Kakawin Nitiśāstra menyebutkan sebagai berikut:

Taki-taki ning sewaka guna widya,
Smara - wisaya rwang puluh ing ayusya,
tȇngahi tuwuh san-wacana gȇgӧn-ta,
Patilaring atmeng tanu pagurokȇn”
(Nitisastra, V. 1)
Terjemahan:
Seorang pelajar wajib menuntut ilmu pengetahuan dan keutamaan, jika sudah berumur 20 tahun orang boleh kawin. Jika setengah tua, berpeganglah pada ucapan yang baik hanya tentang lepasnya nyawa kita mesti berguru.

Memperhatikan penjelasan Nitiśāstradi atas dapat ditegaskan bahwa jenjang pertama adalah Brahmacari saat umur masih muda kemudian Grhasta, setelah cukup dewasa, selanjutnya Wanaprastha setelah umur setengah lanjut dan terakhir Bhiksuka setelah umur lanjut.

Sekian penjelasan tentang Penjelasan Bagian dari Catur Asmara: Bhiksuka/Sanyasin dan juga bagian-bagian yang menjadi unsur dari Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala. Semoga dapat menjawab pertanyaan seperti berikut ini: Apa yang dimaksud dengan Bhiksuka? Seorang Bhiksuka telah mampu menundukkan musuh-musuh yang ada dalam dirinya seperti, Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, danTri Mala. Jelaskanlah ungkapan tersebut! jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin artikel di bawah ini dapat menjawabnya.

0 komentar

Posting Komentar