Hakikat dan Makna Ibadah Agama Khonghucu

>
Ibadah kepada Huang Tian (Tuhan Yang Mahabesar) sudah dikenal sejak dahulu kala, ketika agama Khonghucu masih dikenal sebagai agama Ru (istilah asli agama Khonghucu). Ibadah merupakan pernyataan pengabdian kita kepada Tian, Tuhan Yang Mahapencipta.

Hakikat dan Makna Ibadah Agama Khonghucu

Jadi, hakikat ibadah itu adalah pengabdian kita (manusia) kepada Sang Khalik (Mahapencipta) atau Huang Tian (Tuhan Yang Mahabesar). Ibadah besar kepada Tian (天) dilaksanakan umat Khonghucu sejak 5.000 tahun yang lampau. Setiap musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin dilaksanakan ibadah sembahyang kehadirat Huang Tian oleh raja-raja suci.

Ibadah secara umum dapat diartikan sebagai segala perbuatan baik/bajik yang dilakukan dengan niat yang tulus, ikhlas, dengan cara yang benar, dan untuk tujuan yang baik sebagai bentuk pernyataan sujud dan takwa kepada Tuhan, dalam rangka memenuhi kodrat kemanusiaannya. Artinya, bahwa semua perbuatan yang dilakukan dengan tulus, ikhlas, caranya benar, dan tujuannya baik/mulia adalah merupakan bentuk ibadah. Jadi, ibadah bukan sekadar hal yang menyangkut ritual atau sembahyang semata.
Hakikat dan Makna Ibadah Agama Khonghucu
Hakikat dan Makna Ibadah Agama Khonghucu

Namun demikian, sembahyang merupakan hal penting dalam ibadah bagi manusia, terutama dalam rangka pengabdian dan ketakwaannya kepada Sang Mahapencipta (Tuhan), seperti yang tersurat di dalam kitab catatan kesusilaan (Li Ji) bahwa: “Jalan Suci yang mengatur manusia baik-baik, tiada yang lebih penting daripada kesusilaan. Kesusilaan ada lima macam, tetapi tiada yang lebih penting daripada sembahyang.”

Tulus

Tulus artinya sesuatu yang benar-benar tumbuh dari dasar hati, jujur, dan tidak pura-pura. Dengan kata lain, tulus adalah melakukan sesuatu karena dorongan dari dalam, dari dasar hati tanpa terpaksa atau dipaksa. Bukan karena sesuatu melakukan sesuatu. Bukan karena ada apanya, tetapi apa adanya (dorongan dari dalam).

Beribadah/sembahyang itu bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan ia harus… (bangkit dari dalam, lahir di dalam hati). Jika hati yang di dalam itu bergerak, memancarlah ia dalam upacara, orang yang bijaksana di dalam beribadah/sembahyang didukung oleh sempurnanya iman (Cheng), dan percaya (Xin), mewujud di dalam perilaku satya (Zhong) dan sujud (Jing).” (Li Ji. XXV: 1)

Mengzi berkata, “Orang memangku jabatan itu bukan karena miskin, tetapi adapula suatu ketika Ia memangku jabatan karena miskin. Orang menikah itu juga bukan karena ingin mendapat perawatan, tetapi adapula suatu ketika ia mendapat perawatan.(Mengzi. V B: 5)

Ikhlas

Ikhlas bermakna bersih dari kotoran. Secara sederhana ikhlas berarti melakukan sesuatu tanpa mengharapkan balasan atau imbalan. Orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan tindakannya murni tanpa ada tujuan lain di baliknya. Dengan kata lain, ikhlas berarti melakukan kebaikan demi kebaikan, dan sama sekali bukan ingin mendapatkan imbalan dalam bentuk apa pun, atau bukan karena takut mendapatkan hukuman apa pun. Nabi Kongzi mengatakan, “Mendahulukan pengabdian dan membelakangkan hasil, bukankah ini sikap menjunjung kebajikan?”

Maka, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mencoba untuk melaksanakan apa yang kita ketahui secara moral seharusnya kita lakukan, tanpa memikirkan bahwa dalam prosesnya kita akan berhasil atau gagal.

Bersikap tidak mengindahkan keberhasilan atau kegagalan yang bersifat lahiriah, dalam pengertian tertentu kita tidak pernah gagal. Sebagai hasilnya, kita akan selalu bebas dari kecemasan apakah akan berhasil, dan bebas dari ketakukan apakah akan gagal.

Caranya Benar Tujuannya Baik

Tujuannya baik dan caranya benar. Walaupun tujuannya baik jika caranya tidak benar, atau caranya benar tetapi tujuannya tidak baik tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai ibadah. Ini terkait dengan masalah ‘kemurnian hati’ dan ‘tata cara.’’ Zigong berkata, “Sesungguhnya tata cara itu harus selaras dengan kemurnian hati, dan kemurnian hati itu harus mewujud di dalam tata cara. Ingatlah, kulit harimau dan macan tutul, bila dihilangkan bulunya takkan banyak berbeda dengan kulit kambing.” (Lunyu. Jilid XII Pasal 8 ayat 2)

Sekian pembahasan artikel tentang Hakikat dan Makna Ibadah Agama Khonghucu, semoga bermanfaat.

0 komentar

Posting Komentar