“Beribadah/sembahyang itu bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan ia harus bangkit dari dalam, lahir di dalam hati. Bila hati yang di dalam itu bergerak, memancarlah ia dalam upacara, maka orang yang bijaksana di dalam beribadah/sembahyang didukung oleh sempurnanya iman, dan percaya, mewujud di dalam perilaku satya dan sujud.” (Li Ji. XXV: 1)
Secara harfiah, sembahyang berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas kata Sembah dan Hyang. Sembah berarti sujud, hormat atau memuja sesuatu sebagai Hyang, yaitu sesuatu yang dianggap mulia atau dimuliakan. Sembahyang biasanya dilakukan dengan cara menundukkan kepala, membungkukkan badan atau bersimpuh/bersujud. Hyang berarti suatu Dzhat (baca: Zat) Yang Mahatinggi, Yang Mencipta, Mengatur (dengan Hukum-Nya) dan menguasai dunia beserta segala isinya, yaitu Tuhan (Tian).
Manusia dalam hidupnya secara rohaniah terpanggil untuk mengabdi kepada Tuhan. Oleh karena itulah, secara imani manusia terdorong (ada kecenderungan) untuk bersembahyang dengan segala ritualnya untuk mencurahkan rasa pengabdiannya kepada Dia (Tuhan Yang Mahakuasa).
Bersembahyang biasanya disertai dengan bersuci diri agar sembahyangnya itu berkenan Tuhan. Hal ini sudah ada sama lamanya dengan sejarah kemanusiaan itu sendiri. Karena disesuaikan dengan alam pikiran manusia, bersembahyang itu pada perkembangannya selalu disertai dengan macam-macam tata cara ditambah dengan pengorbanan dan persembahan sebagai pelengkap dari ungkapan pengabdiannya itu.
Tetapi sayangnya, hal itu terkadang dapat mengubah panggilan imani yang awalnya secara murni ke luar dari hati nurani manusia untuk mengadakan sembahyang berdasarkan kesucian lahir batin. Hal ini menjadi suatu tradisi pantulan dari pemikiran manusia yang pada akhirnya melupakan pokok dari pengabdian itu sendiri. Sesungguhnya, yang menjadi syarat utama dalam bersembahyang adalah: “Kesucian diri lahir batin agar semua dapat berkenan kepada-Nya.”
Berpantang dalam Agama Khonghucu ada tiga macam, seperti berikut.
b. Ming (Bersuci)
Jika berpantang (Zhai) itu berhubungan dengan mengendalikan keinginan makan, bersuci itu lebih kepada pengendalian diri (kesucian hati dan pikiran).
c. Sheng Fu (Berpakaian lengkap)
Berpakaian lengkap dalam konteks ini berarti menggunakan jubah khusus sembahyang, serta alas kaki (sepatu). Lengkap berarti juga rapi, layak, dan terutama bersih.
d. Guan Shou (Membersihkan diri)
Membersihkan diri lebih kepada kebersihan jasmani/badan dengan cara mandi, atau minimal mencuci tangan.
• Sembahyang kepada Tuhan
• Sembahyang kepada Alam/Semesta
• Sembahyang kepada Manusia/Leluhur
a. Sembahyang kepada Tuhan
b. Sembahyang kepada Alam
c. Sembahyang kepada Manusia
Sembahyang kepada manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sembahyang kepada nabi dan sembahyang kepada leluhur.
Nabi Kongzi lahir pada tanggal 27 bulan 8 Yinli 551 Sebelum Masehi, di sebuah tempat bernama Lembah Kong Sang, Desa Chang Ping, Kota Zou Yi, Negeri Lu, di Jazirah San Tung. Oleh Bapak Shu Liang He, sang bayi diberi nama ‘Qiu’ yang berarti ‘Bukit’ alias ‘Zhong Ni’, yang berarti ‘putra kedua dari bukit Ni’. Nama ini berdasarkan pada suatu tempat di mana Bunda Yan Zhengzai memohon karunia Tuhan di Ni Qiu (Bukit Ni). Tahun 551 SM dijadikan sebagai tahun awal Tarikh Yinli, sehingga tahun Yinli adalah tahun Masehi ditambah 551.
Sembahyang dilaksanakan pada pukul 09.00 tanggal 27 bulan 8 Yinli, dengan upacara perayaan hari lahir Nabi Kongzi. Rangkaian perayaan ini dapat dilakukan pula sekitar tanggal 16-29 bulan 8 Yinli. Umat Khonghucu memperingati dan melaksanakan penghormatan yang sangat mendalam pada waktu peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi.
Sembahyang, peringatan dan perayaan yang diselenggarakan baik secara sederhana maupun dengan berbagai kegiatan adalah sangat baik kalau semuanya itu bukan sekadar kegiatan rutin melainkan juga mampu memahami dan menghayati nyala Kebajikan, pesan-pesan suci beliau selaku Genta Rohani yang membawakan Firman Tian Yang Maha Esa, yang menjadi pembimbing hidup manusia.
Di sekitar makam itu ditanami pohon kai oleh murid-murid nabi seperti yang pernah dilakukan nabi semasa hidup. Di dekat makam itu (atas prakarsa) Pangeran Lu Ai Gong telah didirikan sebuah Miao sebagai tempat untuk menyelenggarakan ibadah, khotbah dan diskusi untuk mendalami ajaran agama, serta merupakan tempat penyelenggaraan upacara sembahyang pada empat musim untuk memperingati Nabi Kongzi.
Benda-benda pusaka warisan nabi, seperti topi, jubah, alat musik, kereta dan kitab-kitab di simpan lestari turun-temurun di tempat itu. Gelar yang diberikan kepada nabi ialah Ci Sing Sian Su atau Nabi Agung Guru Purba Kongzi.
Pada setiap tanggal 18 bulan 2 Yinli, umat Khonghucu memperingati Hari Wafat Nabi Kongzi. Pelaksanaan upacara pada pukul 09.00 (seperti halnya dengan upacara hari kelahiran Nabi Kongzi), hanya penyelenggaraannya lebih sederhana serta lebih ditekankan pada suasana khidmat. Pada saat upacara sembahyang hari wafat Nabi Kongzi, kita mengenang pribadi beliau, suri teladan bagi sikap batin dan penghidupan kita.
b) Zu Ji, adalah sembahyang peringatan hari wafat leluhur.
c) Zhu Yi, dilaksanakan pada tanggal 1 dan 15 Yinli, diawali dengan sembahyang ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
d) Zhong Yuan, dilaksanakan setiap tanggal 15-8 Yinli (Qi Yue Shi Wu), dilanjutkan dengan sembahyang Jing He Ping.
Ji-Si (Sembahyang dan Persembahan)
1. Pengertian Sembahyang
Sembahyang adalah suatu perbuatan yang menyangkut ritual, yang dilakukan secara sadar-tulus dalam rangka menyampaikan sembah/sujud dan hormat kepada Tuhan, dengan aturan-aturan tertentu yang diwajibkan, diatur, dan ditetapkan oleh suatu agama.Secara harfiah, sembahyang berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas kata Sembah dan Hyang. Sembah berarti sujud, hormat atau memuja sesuatu sebagai Hyang, yaitu sesuatu yang dianggap mulia atau dimuliakan. Sembahyang biasanya dilakukan dengan cara menundukkan kepala, membungkukkan badan atau bersimpuh/bersujud. Hyang berarti suatu Dzhat (baca: Zat) Yang Mahatinggi, Yang Mencipta, Mengatur (dengan Hukum-Nya) dan menguasai dunia beserta segala isinya, yaitu Tuhan (Tian).
Ji-Si (Sembahyang dan Persembahan) |
Bersembahyang biasanya disertai dengan bersuci diri agar sembahyangnya itu berkenan Tuhan. Hal ini sudah ada sama lamanya dengan sejarah kemanusiaan itu sendiri. Karena disesuaikan dengan alam pikiran manusia, bersembahyang itu pada perkembangannya selalu disertai dengan macam-macam tata cara ditambah dengan pengorbanan dan persembahan sebagai pelengkap dari ungkapan pengabdiannya itu.
Tetapi sayangnya, hal itu terkadang dapat mengubah panggilan imani yang awalnya secara murni ke luar dari hati nurani manusia untuk mengadakan sembahyang berdasarkan kesucian lahir batin. Hal ini menjadi suatu tradisi pantulan dari pemikiran manusia yang pada akhirnya melupakan pokok dari pengabdian itu sendiri. Sesungguhnya, yang menjadi syarat utama dalam bersembahyang adalah: “Kesucian diri lahir batin agar semua dapat berkenan kepada-Nya.”
2. Persiapan Sembahyang
a. Zhai (Berpantang)Berpantang dalam Agama Khonghucu ada tiga macam, seperti berikut.
- Pantang makanan yang berpenyedap, yang menunjukkan keprihatinan.
- Pantang makan makanan yang dimasak, yang menunjukkan apa adanya.
- Pantang makan makanan yang berjiwa, yang menunjukkan kebersihan/kesucian.
b. Ming (Bersuci)
Jika berpantang (Zhai) itu berhubungan dengan mengendalikan keinginan makan, bersuci itu lebih kepada pengendalian diri (kesucian hati dan pikiran).
c. Sheng Fu (Berpakaian lengkap)
Berpakaian lengkap dalam konteks ini berarti menggunakan jubah khusus sembahyang, serta alas kaki (sepatu). Lengkap berarti juga rapi, layak, dan terutama bersih.
d. Guan Shou (Membersihkan diri)
Membersihkan diri lebih kepada kebersihan jasmani/badan dengan cara mandi, atau minimal mencuci tangan.
3. Macam-Macam Sembahyang
Dalam ajaran Agama Khonghucu terdapat tiga macam sembahyang, yaitu:• Sembahyang kepada Tuhan
• Sembahyang kepada Alam/Semesta
• Sembahyang kepada Manusia/Leluhur
a. Sembahyang kepada Tuhan
- Sembahyang Ci (Sujud dan Prastya), yaitu sembahyang Qing Di Gong, dilaksanakan setiap tanggal 8 malam tanggal 9 bulan 1 Yinli (Zheng Yue).
- Sembahyang Yue (Eling dan Taqwa), yaitu sembahyang Duan Yang, dilaksanakan setiap tanggal 5 - 5 - Yinli (Wu Yue Chu Wu).
- Sembahyang Chang (Doa dan Harapan), yaitu sembahyang Zhong Qiu, dilaksanakan setiap tanggal 15 - 8 - Yinli (Ba Yue Shi Wu), dikenal juga sebagai saat puncak musim panen atau panen raya. Pada saat itu dilaksanakan penghormatan kepada malaikat bumi pemberi berkah pada bumi (Fu De Zheng Shen).
- Sembahyang Zheng (Syukur dan Yakin), yaitu sembahyang Dongzhi, dilaksanakan setiap tanggal 21 atau 22 Desember (Penanggalan Yangli).
b. Sembahyang kepada Alam
- Sembahyang Shang Yuan, yaitu sembahyang Yuan Xiao (Cap Go Me), dilaksanakan setiap tanggal 15-1-Yinli dikenal sebagai sebahyang ‘awal tanam’.
- Sembahyang Zhong Yuan, yaitu sembahyang Jing He Ping, dilaksanakan setiap tanggal 29 Bulan tujuh penanggalan Yinli. Jing He Ping dikenal sebagai Sembahyang ‘arwah umum’ atau ‘arwah para sahabat’.
- Sembahyang Xia Yuan, dilaksanakan setiap tanggal 1 atau 15 bulan 10 Yinli, yaitu sebagai sembahyang panen akhir menjelang musim dingin. Sembahyang ini juga berhubungan dengan San Yuan, yakni Tian Yuan/Di Yuan/Shui Yuan yang dihubungkan pula dengan pengertian iman yang sangat diwarnai oleh sejarah agama Khonghucu, yakni: Pribadi Bajik, Tata Masyarakat, dan Pengelolaan Alam.
c. Sembahyang kepada Manusia
Sembahyang kepada manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sembahyang kepada nabi dan sembahyang kepada leluhur.
1) Sembahyang kepada Nabi
a) Lahir Nabi Kongzi
Hari lahir Nabi Kongzi merupakan hari yang sangat penting bagi umat Khonghucu, karena merupakan suatu peristiwa turunnya seorang nabi yang membawa Wahyu Tuhan dan sebagai Genta Rohani (Mu Duo) Tuhan bagi umat manusia, dan ini merupakan kehendak-Nya yang sudah ditandai sejak bayi itu belum lahir.Nabi Kongzi lahir pada tanggal 27 bulan 8 Yinli 551 Sebelum Masehi, di sebuah tempat bernama Lembah Kong Sang, Desa Chang Ping, Kota Zou Yi, Negeri Lu, di Jazirah San Tung. Oleh Bapak Shu Liang He, sang bayi diberi nama ‘Qiu’ yang berarti ‘Bukit’ alias ‘Zhong Ni’, yang berarti ‘putra kedua dari bukit Ni’. Nama ini berdasarkan pada suatu tempat di mana Bunda Yan Zhengzai memohon karunia Tuhan di Ni Qiu (Bukit Ni). Tahun 551 SM dijadikan sebagai tahun awal Tarikh Yinli, sehingga tahun Yinli adalah tahun Masehi ditambah 551.
Sembahyang dilaksanakan pada pukul 09.00 tanggal 27 bulan 8 Yinli, dengan upacara perayaan hari lahir Nabi Kongzi. Rangkaian perayaan ini dapat dilakukan pula sekitar tanggal 16-29 bulan 8 Yinli. Umat Khonghucu memperingati dan melaksanakan penghormatan yang sangat mendalam pada waktu peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi.
Sembahyang, peringatan dan perayaan yang diselenggarakan baik secara sederhana maupun dengan berbagai kegiatan adalah sangat baik kalau semuanya itu bukan sekadar kegiatan rutin melainkan juga mampu memahami dan menghayati nyala Kebajikan, pesan-pesan suci beliau selaku Genta Rohani yang membawakan Firman Tian Yang Maha Esa, yang menjadi pembimbing hidup manusia.
b) Wafat Nabi Kongzi
Nabi Kongzi wafat pada usia 72 tahun, yaitu pada tanggal 18 bulan 2 Yinli tahun 479 SM. Beliau dimakamkan di Kota Qu Fu dekat Sungai Si Sui sebelah Utara Negeri Lu. Murid-murid berkabung selama tiga tahun. Salah seorang murid Beliau yaitu Zigong tetap tinggal dalam sebuah pondok dekat makam sampai enam tahun. Lebih dari seratus keluarga, yang terdiri atas murid-murid nabi dan orang-orang Negeri Lu bermukim di daerah makam itu, dan selajutnya tempat tersebut berubah menjadi sebuah desa yang disebut Kampung Nabi Kongzi (Kong En).Di sekitar makam itu ditanami pohon kai oleh murid-murid nabi seperti yang pernah dilakukan nabi semasa hidup. Di dekat makam itu (atas prakarsa) Pangeran Lu Ai Gong telah didirikan sebuah Miao sebagai tempat untuk menyelenggarakan ibadah, khotbah dan diskusi untuk mendalami ajaran agama, serta merupakan tempat penyelenggaraan upacara sembahyang pada empat musim untuk memperingati Nabi Kongzi.
Benda-benda pusaka warisan nabi, seperti topi, jubah, alat musik, kereta dan kitab-kitab di simpan lestari turun-temurun di tempat itu. Gelar yang diberikan kepada nabi ialah Ci Sing Sian Su atau Nabi Agung Guru Purba Kongzi.
Pada setiap tanggal 18 bulan 2 Yinli, umat Khonghucu memperingati Hari Wafat Nabi Kongzi. Pelaksanaan upacara pada pukul 09.00 (seperti halnya dengan upacara hari kelahiran Nabi Kongzi), hanya penyelenggaraannya lebih sederhana serta lebih ditekankan pada suasana khidmat. Pada saat upacara sembahyang hari wafat Nabi Kongzi, kita mengenang pribadi beliau, suri teladan bagi sikap batin dan penghidupan kita.
2) Sembahyang kepada Leluhur
a) Qing Ming, dikenal dengan sembahyang sadranan/ziarah ke makam, dilaksanakan setiap tanggal 4 atau 5 April (penanggalan Yangli/Kalender Masehi).b) Zu Ji, adalah sembahyang peringatan hari wafat leluhur.
c) Zhu Yi, dilaksanakan pada tanggal 1 dan 15 Yinli, diawali dengan sembahyang ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
d) Zhong Yuan, dilaksanakan setiap tanggal 15-8 Yinli (Qi Yue Shi Wu), dilanjutkan dengan sembahyang Jing He Ping.
0 komentar
Posting Komentar