Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender

>
Pemahaman Alkitab Terhadap Diskriminasi Ras, Etnis dan Gender - Pada pembahasan materi agama Kristen kali ini mengenai pemahaman Alkitab tentang masalah-masalah di seputar ras, etnis dan gender yang seringkali dipermasalahkan di dunia, bahkan disekitar kita pun terkadang masih dapat kita lihat, untuk lebih jelasnya mengenai pembahasan kali ini, kalian dapat simak dalam penjelasan singkat berikut ini!

Ras, Etnis dan Gender dalam Pemahaman Alkitab

Dalam Roma 10:12, Rasul Paulus menulis, “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.” Pernyataan Paulus ini tentu sangat mengejutkan orang pada waktu itu, mengingat orang Yunani biasa menyebut orang-orang non-Yunani sebagai bangsa barbar. Sementara itu, orang Yahudi juga biasa menganggap diri mereka lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. Mereka adalah umat pilihan Allah, sementara yang lainnya tidak.

Orang Samaria yang Murah Hati

Dalam Lukas 10:25-36, Tuhan Yesus mengisahkan perumpamaan tentang Orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan ini para pendengar-Nya dikejutkan oleh kisah Yesus yang menjadikan si orang Samaria sebagai pahlawannya. Padahal orang Samaria dimusuhi oleh orang Yahudi karena mereka dianggap najis.
Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender
Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender

Mengapa Paulus dan Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang demikian? Bila kita membaca kembali kisah penciptaan manusia, maka harus diakui bahwa kita semua adalah satu keluarga yang berasal dari satu nenek - moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Meskipun sekarang kita sudah terbagi-bagi dalam berbagai kelompok ras, suku, dan etnis, pada dasarnya kita masih bertalian keluarga dengan semua orang. Karena itulah kita diajarkan untuk saling mengasihi , membela dan peduli kepada sesama kita. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Keluaran 22:21 yang mengatakan, “Janganlah kau tindas atau kau tekan seorang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”

Sehubungan dengan keadilan gender, Alkitab pun mengajarkan kepada kita bahwa laki-laki dan perempuan sama kedudukannya di mata Allah. Kisah penciptaan dalam Kejadian 2:18 menyatakan, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”

Dalam kisah ini digambarkan bagaimana Allah memutuskan untuk menciptakan Hawa. Allah melihat bahwa Adam tidak berbahagia hidup sendirian. Binatang-binatang yang Tuhan ciptakan pun tidak membuatnya bahagia. Ia membutuhkan penolong yang sepadan dengannya. Sepadan berarti setara. Kalau Hawa ternyata lebih lemah daripada Adam, tak akan mungkin ia bisa menjadi penolong yang sepadan. Hawa tentu mempunyai berbagai kecakapan dan kebolehan yang tidak dimiliki Adam, sehingga ia bisa benar-benar menjadi pasangan yang sepadan bagi Adam.

Tuhan Yesus sendiri memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan setara. Ketika Maria duduk bersimpuh di kaki-Nya untuk mendengarkan pengajaran-Nya, dan Marta memprotes karena Maria tidak membantunya di dapur, Tuhan Yesus mengatakan, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk. 10:42) . Yesus tidak melarang perempuan untuk mendengarkan dan belajar tentang firman Tuhan – sesuatu yang sangat ditabukan bagi perempuan pada masa itu.

Dalam Yohanes 8:1-11 orang-orang Yahudi membawa seorang perempuan yang kedapatan bersina kepada Yesus. Dalam budaya orang Yahudi, jika seorang perempuan bersina ia harus dilempari dengan batu tetapi laki-laki tidak dihukum. Yesus tidak menghukum perempuan itu bukan karena membenarkan perbuatannya melainkan karena hukuman itu tidak adil bagi perempuan. Dalam persinaan, seharusnya laki-laki dan perempuan yang melakukannya sama-sama dihukum. Ketidakadilan itu dapat disebut diskriminasi gender.

Sayangnya, diskriminasi gender masih terus berlangsung, bahkan juga di kalangan gereja masa kini. Masih ada perempuan yang tidak bisa menjadi pemimpin di gereja – entah sebagai penatua, diaken, atau pun pendeta. Padahal, kemampuan mereka tidak kurang dibandingkan dengan laki-laki. Sejumlah gereja di Indonesia sudah pernah memiliki perempuan sebagai pemimpinnya, seperti ketua sinode, wakil ketua atau sekretaris dan jabatan penting lainnya di sinode gereja.

Rangkuman

Persoalan ras, etnis, dan gender telah diperdebatkan selama berabad-abad sampai dengan saat ini. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ras, etnis, dan gender mengakibatkan ketimpangan bahkan ketidakadilan dalam hidup berelasi dengan sesama kita. Perbedaan yang ada seharusnya memperkaya kita dalam melihat kekuasaan Tuhan yang sudah menghadirkan manusia dengan keunikannya masing-masing. Orang Kristen mestinya menjadi pelopor dalam menghapuskan praktik-praktik diskriminasi yang didasarkan pada ras, etnis dan gender.

Doa
Kami bersyukur ya Tuhan, karena Engkau menciptakan kami sebagai laki-laki dan perempuan. Engkau juga sudah menghadirkan kami di tengah-tengah kepelbagaian suku yang ada. Ajarlah kami untuk saling menghormati dan mengasihi. Amin.

Sekian pembahasan mengenai Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender semoga dapat bermanfaat buat kita semua, jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin artikel dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!

0 komentar

Posting Komentar