Kewajiban Masing-masing Catur Varna

>
Contoh dan Bagian-bagian serta Kewajiban Masing-masing Catur Varna - Pada pembahasan materi agama Hindu kali ini akan membahas mengenai Kewajiban dari Masing-masing Catur Varna yang terdiri dari Kewajiban Brāhmaṇa, Kewajiban Kṣatriya, Kewajiban Varna Waisya dan Kewajiban Varna Śudra, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan singkat berikut ini!

Kewajiban Masing-masing Varna

“Seorang Raja yang Meninggalkan Kerajaan Pergi ke Hutan untuk Mencapai Kesunyataan”

Ada seorang raja besar yang mempunyai jiwa pengorbanan dan ketidakterikatan yang kuat yaitu Harischandra. Walaupun sebenarnya ia adalah Adiraja, karena suatu kemalangan ia menjadi penunggu tempat perabuan (tempat pembakaran mayat).

Pada suatu hari, ketika Harischandra pertama kali melakukan tugasnya di tempat perabuan, ada jenazah seorang kaya yang di bawa ke sana oleh sejumlah besar hkamui taulan. Mereka membawa jenazah itu membakamya dan segera kembali ke rumah masing-masing. Biasanya bila jenazah dibakar, harus ditaruhi beban di atasnya, sebab jika dipanasi jenazah itu akan melengkung seolah-olah akan bangun dan kemudian terbaring kembali.

Hari itu hanya Harischandra yang tetap tinggal di tempat perabuan, diantara teman dan kaum kerabat dan orang yang meninggal itu tidak ada seorangpun yang tinggal untuk memperhatikan jenazah tersebut. Harischandra pergi untuk mengambil kayu api lagi, tiba-tiba ia melihat jenazah itu bangun. la sangat terkejut lalu datang mendekat untuk mengamatinya.

Contoh dan Bagian-bagian serta Kewajiban Masing-masing Catur Varna
Contoh dan Bagian-bagian serta Kewajiban Masing-masing Catur Varna
Ketika Harischandra mendekati api, ia melihat jenazah itu telah kembali dalam posisi berbaring. Beberapa saat ia mengira bahwa jenazah itu hidup, duduk seolah-olah mencari keluarga dan kawan-kawannya, namun segera ia menyadari bahwa apa yang terjadi itu hanyalah illusi sementara seakan-akan mayat itu hidup karena panas api.

Harischandra berpikir "Seperti aku mengira mayat itu hidup, aku mengira bahwa dunia ini pun nyata. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Dunia ini hanya tampaknya saja nyata."

Harischandra menyayangkan bahwa orang sekaya itu tidak mempunyai sanak keluarga atau teman yang mau menunggu pembakaran jenazahnya sampai selesai. Ia berpikir bagaimanapun kedudukan dan kekayaan seseorang, setelah ia meninggal, istri dan anak- anaknya sekalipun tidak merasa terikat kepadanya. Setelah mengalami hal ini Harischandra mempunyai rasa ketidakterikatan yang kuat terhadap benda-benda dan wujud keduniawian.

Memahami Kewajiban Masing-masing Catur Varna

Di dalam kitab Māhabhārata, Maha Reshi Bhisma telah memberi penjelasan tentang sifat-sifat umum yang harus diikuti oleh setiap Varna, yang berarti juga untuk semua orang, yaitu:
a. Akrodha atau tidak pernah marah.
b. Satyam atau berbicara benar dan jujur.
c. Samvibhaga atau adil dan jujur.
d. Memperoleh anak dari hasil perkawinan.
e. Berbudi bahasa yang baik.
f. Menghindari semua macam pertengkaran.
g. Srjawam atau berpendirian teguh.
h. Membantu semua orang yang tergantung atas dirinya seseorang.

Jika dalam suasana kalut, seperti timbul peperangan atau marabahaya setiap Varna wajib ikut membela negara atau kerajaan. Kewajiban-kewajiban umum yang harus dilakukan oleh setiap pemeluk Hindu, tanpa memperhatikan Varna, pangkat, dan lain sebagainya, disebut Sadharana Dharma.

Sarasamuscaya sloka 63 juga menguraikan kewajiban-kewajiban umum yang berlaku untuk semua Varna. Kewajiban-kewajiban itu sebagai berikut:

Arjavam cānrśamsyam ca damāś,
cendriyagrahah.
Esa sādhārano dhramaś Catur varnye
brawіmmanuh.
Nyāng ulah pasādhāranan sang Catur Varna, ārjawa, si duga-duga bener,
anrcansya, tan nrcansya, nrçansya ngaraning ātmasukhapara, tan arimbawa
ri laraning len, yawat mamuhara sukha ryawaknya, yatika nrçansya
ngaranya, gatining tan mangkana, anŗçansya ngarnika dama, tumangguhana
awaknya, indriyanigraha, hmrta indriya, nahan tang prawrtti pāt,
pasadharanan sang Catur varna, ling Bhatara Manu.
Terjemahan:
Inilah perilaku keempat golongan yang patut dilaksanakan, Arjawa, jujur dan terus terang. Anrcangsya, artinya tidak nrcangsya. Nrcangsya maksudnya mementingkan diri sendiri tidak menghiraukan kesusahan orang lain, hanya mementingkan segala yang menimbulkan kesenangan bagi dirinya, itulah disebut nrcangsya, tingkah laku yang tidak demikian anrcangsya namanya; dama artinya dapat menasehati diri sendiri; indriyanigraha mengekang hawa nafsu, keempat perilaku itulah yang harus dibiasakan oleh sang Catur Varna, demikian sabda Bhatara Manu.

Jadi kalau disingkat kembali perilaku bagi Sang Catur Varna ada empat yaitu Anrcansya (tidak mementingkan diri sendiri), Arjawa (jujur dan berterus terang), Dama (dapat menasehati diri sendiri), Indriyanigraha (mengendalikan hawa nafsu). Jadi, semua etika umum atau peraturan tingkah laku yang berlaku bagi umat Hindu berarti berlaku pula bagi semua Catur Varna. Atau sebaliknya.

Kalau kewajiban-kewajiban Varna itu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya terjadi percampuradukan Catur Varna itu maka akan datanglah masa yang disebut Kali Yuga dimana masyarakat akan kacau balau dan menuju pada kehancuran. Campur aduknya Varna di sini seperti tidak dapat bekerja menurut profesi dan fungsinya.

Misalnya seorang Brahmana yang berfungsi sebagai pembina agama lalu menjadi atau mengambil pekerjaan dagang, seorang penguasa pemerintahan lalu menjadi pengusaha. Orang yang berbakat dan mempunyai pendidikan Guru lalu bekerja tidak pada bidang pendidikan dan sebagainya.

Sarasamuscaya sloka 61 menjelaskan tentang keadaan kacau-balau kalau masing-masing Varna tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sloka tersebut berbunyi sebagai berikut:

Rājābhir brahmanah sarwabhakso
Waicyo’ nіhāwān hinawarno’ lasaśca,
Widwānacilo wrttahinah kulinah
Bhrasto brāhmanah stri ca dustā
Hana pwa mangke kramanya, ratu wedi-wedi, brāhmana sarwabhaksa.
waiçya nirutsaha ring krayawikrayādi karma, çūdra alemeh sewakta
ring sang triVarna, pandita duccila, sujanma anasar ring maryā dānya,
brāhmana tan satya, stri dusta duccila.
Terjemahan:
Jika ada hal yang demikian keadaannya, raja yang pengecut, brahmana doyan segala makanan, waisya tidak ada kegiatan dalam pekerjaan berniaga, berjual beli dan sebagainya, sudra tidak suka mengabdi kepada Tri Varna, pendeta yang bertabiat jahat, orang yang berkelahiran utama nyeleweng dari hidup sopan santun, brahmana yang curang dan wanita yang bertabiat nakal dan berlaku jahat.


Lalu, bagaimanakah semestinya kewajiban masing-masing Varna yang dianjurkan Hindu? Berikut penjelasan yang lebih rinci:

1. Kewajiban Brāhmaṇa

Tentang kewajiban dan sifat-sifat seorang Brāhmaṇa: Orang yang bebas dari ketakutan dan ikatan belenggu-belenggu, tenang, seimbang, sadar dan dapat mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa marah, orang yang tidak suka menyakiti dengan pikiran, kata-kata dan perbuatan, orang yang telah padam penderitaannya, di dalam dirinya bersemayam kebenaran dan kebajikan, suka hidup sederhana, telah mencapai penerangan yang sempurna, tabah dan sabar menghadapi hukuman-hukuman, fitnahan, penganiayaan walaupun dirinya tak bersalah, orang yang dengan seksama menjalankan tugas-tugas agamanya, sama sekali tidak terikat pada kesenangan-kesenangan duniawi, mengetahui akhir dari penderitaan, orang yang mengetahui dengan jelas jalan yang salah, penuh kebijaksanaan, telah mencapai tujuan yang tertinggi, tidak suka menyiksa dan membunuh makhluk lainnya, tidak pernah mendendam, kata-katanya mudah dipahami, tidak pernah mencuri, dapat melepaskan diri dari kehidupan dunia ini, telah mencapai dasar keabadian, telah dapat melepaskan diri dari tumimbal lahir dan kesesatan, sebagai pahlawan yang dapat menaklukan dunia, mengetahui timbul dan lenyapnya benda-benda yang hidup, mengetahui kehidupannya yang dulu, mengetahui surga dan neraka, dan telah mencapai akhir dari kelahiran.

2. Kewajiban Kṣatriya

Cukup jelas peran dan fungsi Kṣatriya Varna, yaitu memimpin dan melindungi rakyat. Dari sumber-sumber itu pula dapat disebutkan bahwa raja sudah jelas dapat dipastikan tergolong Varna Kṣatriya. Lontar Raja Pati Gondola menyebutkan tugas dan kewajiban seorang raja sebagai golongan Kṣatriya, antara lain, Raja harus mengetahui upaya sandhi yang terdiri atas tiga unsur yaitu: (a) Rupa artinya raja harus dapat melihat wajah rakyat dengan baik, (b) Wangsa artinya raja harus dapat melihat tata susunan masyarakat yang utama, (c) Guna artinya raja harus mampu mengetahui rakyatnya yang memiliki keahlian.

Di samping itu lontar tersebut juga menggambarkan bahwa seorang raja harus mengetahui Rajaniti Kamkamuka yaitu suatu ajaran yang menyebutkan seorang raja adalah sebagai pengemudi dan negara sebagai perahu. Jika perahu itu tanpa pengemudi, maka ia akan tenggelam di tengah-tengah lautan, demikian pula sang raja tatkala memegang pemerintahan, kalau lengah sedikit saja negara akan bisa hancur.

3. Kewajiban Varna Waisya

Tugas atau kewajiban Varna Waisya adalah untuk kemakmuran negara. Tugas-tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Waisya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam, harus tahu soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam seluk beluk timbangan dan barang-barang yang paling banyak mendatangkan keuntungan. Waisya harus mahir dalam bidang peternakan. Mereka harus selalu berdana punia pada golongan Brāhmaṇa dan membiyayai pendirian tempat-tempat ibadah. Jadi Varna Waisya adalah golongan fungsional yang setiap orang memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat, negara, dan kemanusiaan.

4. Kewajiban Varna Śudra

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra menerjemahkan sloka ini sebagai berikut: “Pekerjaan yang mempunyai karakter pelayanan adalah kewajiban dari Śudra yang lahir dari alamnya.” Kehidupan pokok dari Śudra adalah kerja menjadi buruh, pekerja yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, dan hasil dari menjual tenaga. Seandainya seorang Śudra tidak mendapat pekerjaan sebagai buruh atau pelayan, dan hal itu akan mengancam hidupnya dan membuatnya kelaparan, maka seseorang Śudra dapat bekerja sendiri.

Sekian pembahasan mengenai Kewajiban Masing-masing Catur Varna yang meliputi kewajiban brahmana, ksatriya, waisya dan sudra, semoga dapat memberikan penjelasan yang mudah di mengerti, jika bukan artikel ini yang sobat cari, mungkin artikel dibawah ini dapat menjawabnya!

0 komentar

Posting Komentar