Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng - Pembahasan materi pelajaran agama Khonghucu kali ini akan membahas mengenai peran dari nabi Kongzi dalam perkembangan sejarah menjadikan kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya, untuk lebih jelasnya silahkan sobat simak dalam penjelasan berikut ini!
Kelompok pekerja sibuk ini juga memerlukan pembinaan rohani dan juga perlu belajar meskipun dalam waktu singkat. Pemikiran ini mendorong Nabi Kongzi menjadikan kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya’.
Nabi Kongzi menata kelenteng dengan bentuk luarnya yang indah dan menarik, dan juga menata altar para Shenming serta menaruh altar Tian Gong di bagian depan. Semua orang yang bersembahyang di kelenteng wajib bersembahyang kepada Tian Gong (Tuhan) terlebih dahulu. Setelah bersembahyang kepada Tian Gong baru sembahyang kepada para Shenming. Dengan adanya altar Tian Gong, Nabi Kongzi memasukkan unsur Ketuhanan dalam kelenteng, yang saat di zamannya hanya rajalah yang boleh bersembahyang kepada Tuhan (Tian).
Menjadi jelas bahwa kelenteng sudah ada jauh sebelum zaman Nabi Kongzi. Bukti sejarah menyatakan peninggalan Dinasti Shang (1766 – 1122 SM) sudah ada kelenteng. Sementara Kong Miao sebagai tempat ibadah dan penghormatan kepada Nabi Kongzi yang pertama dibangun tahun 478 SM, (satu tahun setelah wafat Nabi Kongzi). Hal penting lain adalah bahwa jauh sebelum maraknya pembangunan kelenteng di masa Dinasti Tang (618 – 905 SM), pembangunan Kong Miao sudah hampir merata di seluruh kota di daratan Cina.
Kong Miao bersama-sama dengan Kong Fu (tempat tinggal keturunan Nabi Kongzi) dan Kong Lin (taman makam Nabi Kongzi dan keturunannya) dikenal dengan ‘Tiga Kong’, dan merupakan warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Di dalam ‘Tiga Kong’, tersebut terdapat 460 balariung, aula, altar dan paviliun, 54 buah pintu gapura dan 1.200 pohon berusia ribuan tahun serta prasasti tulis bersejarah sebanyak lebih dari 2.000 buah.
Kelenteng sengaja dibangun di dekat pasar dan di bukit-bukit agar masyarakat mudah menemukannya. Orang-orang yang bertempat tinggal dekat pasar atau tempat ramai mudah menemukan kelenteng. Para petani yang bertempat tinggal di pedesaan juga mudah menemukan kelenteng, mereka dapat beribadah dan belajar di kelenteng. Para penjaga kelenteng seharusnya orang yang berpengetahuan luas dan mendalam sehingga dapat membantu umat agama yang beribadah di kelenteng sehingga pelaksanaan ibadah atau sembahyang dapat berjalan dengan khusuk.
Di zaman kemudian (dua ratus tahun setelah zaman Nabi Kongzi), seorang tokoh bernama Xunzi (326-233 SM) meneruskan penyebaran agama Khonghucu. Xunzi menyatakan (dalam tulisannya) bahwa para kaisar yang baru naik tahta diwajibkan membangun 7 buah kelenteng besar, para gubernur yang baru dilantik diwajibkan membangun 5 buah kelenteng di wilayahnya, dan para bupati yang baru dilantik diwajibkan membangun 3 buah kelenteng di wilayahnya. Dengan demikian, di Zhongguo (Tiongkok) sejak zaman dahulu sudah banyak kelenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu juga tempat umat Khonghucu mempelajari kehidupan dan kebudayaan.
Sekian pembahasan mengenai Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng, semoga dapat menambah wawasan sobat dalam belajar!
Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng
Nabi Kongzi mempunyai kesan yang mendalam terhadap kelenteng. Beliau mempunyai ide untuk menjadikan kelenteng itu sebagai media belajar bagi rakyat di luar istana. Nabi Kongzi menyadari bahwa di dalam masyarakat ada orang yang punya banyak waktu untuk belajar dan membaca buku, yaitu para pejabat negara dan para guru. Namun ada orang di dalam masyarakat yang jumlahnya lebih banyak tidak punya waktu untuk membaca buku karena sibuk bekerja, mereka itu adalah pekerja profesional, para ahli yang kerja di bidang produksi barang, para pedagang yang sibuk bekerja di pasar, para petani dan pekerja lainnya, dan kelompok pengusaha.Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng |
Kelompok pekerja sibuk ini juga memerlukan pembinaan rohani dan juga perlu belajar meskipun dalam waktu singkat. Pemikiran ini mendorong Nabi Kongzi menjadikan kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya’.
Nabi Kongzi menata kelenteng dengan bentuk luarnya yang indah dan menarik, dan juga menata altar para Shenming serta menaruh altar Tian Gong di bagian depan. Semua orang yang bersembahyang di kelenteng wajib bersembahyang kepada Tian Gong (Tuhan) terlebih dahulu. Setelah bersembahyang kepada Tian Gong baru sembahyang kepada para Shenming. Dengan adanya altar Tian Gong, Nabi Kongzi memasukkan unsur Ketuhanan dalam kelenteng, yang saat di zamannya hanya rajalah yang boleh bersembahyang kepada Tuhan (Tian).
Menjadi jelas bahwa kelenteng sudah ada jauh sebelum zaman Nabi Kongzi. Bukti sejarah menyatakan peninggalan Dinasti Shang (1766 – 1122 SM) sudah ada kelenteng. Sementara Kong Miao sebagai tempat ibadah dan penghormatan kepada Nabi Kongzi yang pertama dibangun tahun 478 SM, (satu tahun setelah wafat Nabi Kongzi). Hal penting lain adalah bahwa jauh sebelum maraknya pembangunan kelenteng di masa Dinasti Tang (618 – 905 SM), pembangunan Kong Miao sudah hampir merata di seluruh kota di daratan Cina.
Kong Miao bersama-sama dengan Kong Fu (tempat tinggal keturunan Nabi Kongzi) dan Kong Lin (taman makam Nabi Kongzi dan keturunannya) dikenal dengan ‘Tiga Kong’, dan merupakan warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Di dalam ‘Tiga Kong’, tersebut terdapat 460 balariung, aula, altar dan paviliun, 54 buah pintu gapura dan 1.200 pohon berusia ribuan tahun serta prasasti tulis bersejarah sebanyak lebih dari 2.000 buah.
Kelenteng sengaja dibangun di dekat pasar dan di bukit-bukit agar masyarakat mudah menemukannya. Orang-orang yang bertempat tinggal dekat pasar atau tempat ramai mudah menemukan kelenteng. Para petani yang bertempat tinggal di pedesaan juga mudah menemukan kelenteng, mereka dapat beribadah dan belajar di kelenteng. Para penjaga kelenteng seharusnya orang yang berpengetahuan luas dan mendalam sehingga dapat membantu umat agama yang beribadah di kelenteng sehingga pelaksanaan ibadah atau sembahyang dapat berjalan dengan khusuk.
Di zaman kemudian (dua ratus tahun setelah zaman Nabi Kongzi), seorang tokoh bernama Xunzi (326-233 SM) meneruskan penyebaran agama Khonghucu. Xunzi menyatakan (dalam tulisannya) bahwa para kaisar yang baru naik tahta diwajibkan membangun 7 buah kelenteng besar, para gubernur yang baru dilantik diwajibkan membangun 5 buah kelenteng di wilayahnya, dan para bupati yang baru dilantik diwajibkan membangun 3 buah kelenteng di wilayahnya. Dengan demikian, di Zhongguo (Tiongkok) sejak zaman dahulu sudah banyak kelenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu juga tempat umat Khonghucu mempelajari kehidupan dan kebudayaan.
Sekian pembahasan mengenai Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng, semoga dapat menambah wawasan sobat dalam belajar!
0 komentar
Posting Komentar