Berbagai Cara Manusia Mencari Perlindungan Ajaran Buddha

>
Manusia Berbagai Cara Mencari Perlindungan Ajaran Buddha - Pada pembahasan materi Agama Budha kali ini mengenai berbagai cara manusia mencari perlindungan ajaran Buddha dan juga tentang pengertian perlindungan, perlindungan fisik, perlindungan buddhis, berlindung kepada Buddha, sembilan kemuliaan agung Buddha, berlindung kepada dhamma, berlindung kepada Sangha, sembilan ciri mulia Sangha, untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam penjelasan berikut ini!

Berbagai Cara Manusia Mencari Perlindungan Ajaran Buddha

Kehidupan ini sungguh unik. Masyarakat dengan berbagai cara mencari perlindungan agar dirinya merasa aman. Oleh karena latar belakang budaya yang berbeda manusia mencari perlindungan di luar teori agama yang mereka pelajari dan mereka anut.
Orang menyembah sungai
Orang menyembah sungai. Berbagai Cara Manusia Mencari Perlindungan Ajaran Buddha

Terdapat berbagai macam cara masyarakat mencari perlindungan yang salah. Mereka pergi ke tempat-tempat yang mereka anggap keramat, ada yang mendatangi batu besar, mendatangi gunung, mendatangi pohon besar, mendatangi paranormal dan masih banyak yang lain. Pernahkah kita berpikir mengapa semua itu terjadi? Agama Buddha sama sekali tidak sejalan dengan pola demikian, karena hanya hukum karma yang punya peran dalam hidup ini. Mari, kita coba memahami semua itu.

Manusia Berbagai Cara Mencari Perlindungan Ajaran Buddha

A. Pengertian Perlindungan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker.
Beberapa unsur kata perlindungan;
  1. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat, menyelamatkan
  2. Perlindungan; proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung ).
  3. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi.
  4. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan.
  5. Lindungan : yang dilindungi, dan tempat berlindung, dan perbuatan.
  6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung.
  7. Melindungkan: membuat diri terlindungi
Sudah menjadi suatu hal yang umum bahwa setiap manusia selalu berusaha untuk mencari suatu perlindungan, tidak perduli apakah dia orang yang kaya, miskin, tinggi, pendek, besar atau kecil dan apakah ia laki-laki atau perempuan, bahkan dari agama apapun juga. Kepada siapa mereka berlindung, hal ini tergantung pada keyakinan masing-masing individu itu sendiri. Pengertian berlindung dalam agama Buddha dapat kita analisis, bahwa proses kehidupan menjadikan atau menyebabkan berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha melalui proses pengembangan moralitas, batin, dan pengembangan kebijaksanaan.

B. Perlindungan Fisik

Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap kehidupan manusia, merupakan bagian dari prinsip perlindungan Tiratana, sering disejajarkan dengan istilah hak-hak kodrat, hak-hak dasar manusia. Sesorang yang berpikiran bahwa hidupnya ingin mencapai kesuksesan, dan keselamatan, serta keberkahan tentu harus mengikuti kaidah-kaidah perlindungan. Kaidah perlindungan antara lain ketika orang melaksanakan suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan, suatu tuntutan yang wajib dilaksanakan. Suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan rasa aman, nyaman, selamat, dari pihak manapun.

Contoh Cara melindungi fisik yang benar
Perlindungan halte
Perlindungan halte

Payung perlindungan
Payung perlindungan

Contoh Cara melindungi fisik yang salah
Berjalan di jalan yang tidak aman
Berjalan di jalan yang tidak aman

Pengendara motor tanpa perlindungan
Pengendara motor tanpa perlindungan

Masyarakat kita mudah sekali melalaikan disiplin, padahal ketidakdisiplinan akan berpengaruh terhadap diri sendiri. Ketika terjadi kecelakaan atau hal yang tidak menyenangkan, begitu mudah untuk menyalahkan pihak lain. Padahal jelas sekali bagi siapa yang ingin kehidupannya selamat, sudah pasti orang tersebut menjaga keselamatan dirinya. Orang cenderung menyalahkan perlindungan manusia di Indonesia yang umumnya dibangun dan difasilitasi oleh negara. Banyak orang tidak melakukan segala upaya untuk melindungi kepentingan dirinya dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya, terjaminnya keselamatan, baik sebelum, selama, maupun sesudah melakukan aktifitas.

Dengan demikian, orang tidak boleh salah dalam menggunakan fasilitas dan benda-benda karena hanya itu yang bisa melindungi fisik kita.

Perlindungan yang salah
Orang berpayungan dan memegang payung
Orang berpayungan dan memegang payung

Perubahan adalah keniscayaan, dan perubahan ke arah yang lebih baik tentunya merupakan hasrat dari setiap manusia. Bila kita amati secara lebih mendasar lagi, perubahan terjadi pada manusia yang terekspresi dalam tiga indikator utama yaitu bahasa, budaya (segala bentuk dan ragam seni, ilmu pengetahuan dan teknologi), dan agama. Perubahan budaya bersifat rohani, seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni dan sebagainya. Perlu disadari bahwa suatu perubahan di dalam masyarakat selamanya memiliki mata rantai, yakni elemen yang satu dipengaruhi oleh elemen yang lain .

Sampai hari ini ketika ilmu pengetahuan dan teknologi maju, masih banyak orang yang memiliki paham bahwa perlindungan berasal dari luar dirinya, seperti batu-batu besar, pohon besar, gunung-gunung, bahkan paranormal. Hal demikian tidak sesuai dengan Budhhisme. Banyak orang tidak melakukan segala upaya untuk melindungi kepentingan dirinya dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya, terjaminnya keselamatan, baik sebelum, selama, maupun sesudah melakukan aktivitas.

Renungan

  • Karena rasa takut, banyak orang pergi mencari perlindungan ke gunung-gunung, ke asrama (hutan-hutan), ke pohon-pohon, dan ke tempat pemujaan yang dianggap keramat Tetapi itu bukanlah perlindungan yang aman, bukan perlindungan utama.
  • Dengan mencari perlindungan seperti itu, orang tidak akan bebas dari penderitaan. (Dhammapada 188-189)

Perlindungan Buddhis

Suatu hal yang sangat baik dalam kehidupan kita untuk mengembangkan kebajikan dan bermanfaat bagi kemajuan diri adalah hidup sesuai dengan Dhamma, seperti menjalankan kehidupan suci, melaksanakan kebaktian, membaca paritta, mantra, maupun sutra, berlatih meditasi, suka berdana, memohon sila dan dhamma dan lain sebagainya. Itulah suatu ajaran yang membawa kepada kebahagiaan yang telah dibabarkan oleh Buddha. Dalam kesempatan ini kita akan membahas mengenai suatu perlindungan benar sesuai dengan agama Buddha. Apa yang sebenarnya dinamakan dengan perlindungan benar itu? Mengapa kita mencari suatu perlindungan yang benar? Apa pesan Buddha mengenai perlindungan benar itu? Inilah yang akan kita bahas bersama.
Lagu Aku Berlindung
Lagu Aku Berlindung

Seharusnya kepada siapa kita harus berlindung? Apakah kepada Buddha, Dhamma dan Sangha itu perlindungan yang benar? Atau mungkin kepada para dewa atau dewi di alam surga? Mungkinkah itu terjadi dalam kehidupan kita. Kalau begitu marilah kita belajar Buddha Dhamma bukan hanya mengenal kulit luarnya saja, tetapi lebih jauh kedalam, itu lebih bagus dan tentu diperlukan suatu pemahaman yang lebih baik. Kalau kita hanya mengenal kulit luarnya saja dalam Buddha Dhamma maka akan kebingungan dalam mencari suatu perlindungan itu, yang penting datang ke vihara, sembahyang, tancap hio itu pikirnya sudah beres semuanya. Untuk memahami hal tersebut marilah diskusikan dengan kelompok kalian.

Saya yakin anda semua pasti setuju bahwa keyakinan kepada perlindungan itu tidak cukup ditimbulkan dari hasil propaganda saja, akan tetapi harus melalui proses berpikir yang positif. Sekarang kita telaah satu-persatu secara positif, sehingga kita yakin seyakin-yakinnya, tidak secara membuta atau terpengaruh dari rayuan dan propaganda yang ada di luar, sekarang siapakah yang sebenarnya menjadi perlindungan itu.

Buddha Gotama menetapkan rumusan tersebut bukan hanya bagi mereka yang akan ditahbiskan menjadi samanera dan bhikkhu, tetapi juga umat awam. Setiap orang yang memeluk agama Buddha, baik ia seorang awam atau pun seorang bhikkhu, menyatakan keyakinan dengan kata-kata rumusan Tisarana tersebut. Nampaklah betapa luhurnya kedudukan Buddha, Dhamma, dan Sangha. Bagi umat Buddha ”berlindung kepada Triratna” merupakan keyakinan, sama seperti ”syahadat” bagi umat Islam dan ”credo” bagi umat Kristen.

Tisarana adalah ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan kata ”berlindung” itu mempunyai tiga aspek:

a. Aspek kemauan: Seorang umat Buddha berlindung kepada Triratna dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan atau tradisi belaka. Triratna akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha mencapainya. Oleh karena adanya unsur kemauan inilah, maka saddha dalam agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditunjukkan untuk mencapai Pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif,”menunggu berkah dari atas”.

b. Aspek pengertian: Ini mencakup pengertian akan perlunya perlindungan, yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam samsara ini, dan pengertian akan adanya hakikat dari perlindungan itu sendiri.

c. Aspek Perasaan : yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya; dan pengertian akan hakikat perlindungan memenuhi batin dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan dan kegembiraan.

C. Berlindung kepada Buddha

Buddha sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Buddha ”Seperti sayalah para penakluk yang telah melenyapkan kekotoran batin” (Ariyapariyesana Sutta, Majjhima Nikaya). Sebagai perlindungan, Buddha bukanlah pribadi pertapa Gotama, melainkan para Buddha sebagai manifestasi daripada Bodhi (kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian.

Buddha memiliki kualitas mulia yang tidak terbatas. Tetapi, yang penting diingat oleh para umat manusia, dewa dan brahmà, hanya sembilan kemuliaan yang dimulai dengan Arahat, yang diajarkan oleh Bhagavà secara khusus dalam berbagai khotbahNya. (Hal yang sama berlaku pada Dhamma, yaitu enam Kemuliaan Agung Dhamma dan sembilan Kemuliaan Agung Sangha).

Sembilan Kemuliaan Agung Buddha
Buddha yang telah mencapai pencerahan sempurna setelah memenuhi tiga puluh jenis Kesempurnaan Pàramita dan telah menghancurkan semua kotoran memiliki ciri mulia sebagai berikut:
1. Arahat
a. Murni sempurna dari kotoran, sehingga tidak berbekas, bahkan yang samar-samar sekalipun, yang dapat menunjukkan keberadaannya,
b. Tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kejahatan, bahkan pada saat tidak ada seorang pun yang mengetahui,
c. Telah mematahkan jeruji lingkaran kelahiran,
d. Layak dihormati oleh semua makhluk di tiga alam, manusia, dewa dan brahmà.

2. Sammàsambuddho
Telah mencapai pencerahan sempurna, dalam arti Beliau benar-benar memahami Dhamma oleh kecerdasan dan pandangan cerah dan mampu menjelaskannya kepada makhluk-makhluk lain.

3. Vijjàcaraõasampanno
Memiliki tiga pengetahuan, yaitu, pengetahuan tentang kehidupan lampau semua makhluk, mata-dewa, dan padamnya semua noda moral. Pengetahuan ini terdiri dari delapan pengetahuan beserta praktik moralitas yang sempurna yang dijelaskan dalam lima belas cara.

4. Sugato
Buddha mencapai Nibbàna melalui Empat Magga, karena Buddha hanya mengatakan hal-hal yang benar dan bermanfaat.

5. Lokavidu
Beliau mengetahui kondisi-kondisi yang muncul dalam diri semua makhluk, penyebab kelahiran mereka dalam berbagai alam kehidupan, dan fenomena jasmani dan batin yang berkondisi.

6. Anuttaropurisadammasàrathi
Beliau tidak ada bandingnya dalam hal menjinakkan mereka yang layak dijinakkan.

7. Satthàdevamanussànam
Beliau adalah guru para dewa dan manusia yang menunjukkan jalan menuju Nibbàna kepada para dewa dan manusia.

8. Buddha
Beliau telah mencapai pencerahan sempurna, mengetahui dan mengajarkan Empat Kebenaran Mulia.

9. Bhagavà
Beliau memiliki enam kualitas mulia, yaitu, keagungan (issariya), pengetahuan akan sembilan faktor spiritual, yaitu Magga-Phala Nibbàna (Dhamma), kemasyhuran dan pengikut (yasa), keagungan kesempurnaan fisik (sirã), kekuasaan dan prestasi (kàmma), dan ketekunan (payatta).

Berlindung kepada Dhamma

Dhamma: sebagai perlindungan kedua, bukan berarti kata-kata yang terkandung dalam kitab suci atau konsepsi ajaran yang terdapat dalam batin manusia biasa yang masih berada dalam alam keduniaan (lokiya), melainkan ”Empat Tingkat Kesucian” (Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat) beserta ”Nibbana” yang dicapai pada akhir jalan.
Lambang dharma
Lambang dharma

Berlindung kepada Sangha

Sangha: sebagai perlindungan ketiga, bukan berarti kumpulan para bhikkhu yang anggota-anggotanya masih belum terbebas dari kekotoran batin (bhikkhu Sangha), melainkan persatuan para Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkattingkat kesucian (Ariya Sangha). Mereka ini menjadi teladan yang patut dicontoh.
bhikku sangha
bhikku sangha

Namun landasan sesungguhnya dari perlindungan ini ialah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian itu. Maknanya adalah perlindungan yang aktif, artinya hasil usaha kita sendirilah yang dapat melindungi kita. Jadi, mereka yang praktik Dhamma akan terlindungi oleh Dhamma, yang tidak praktik tidak akan terlindungi. Dhammo hāve rakkhati dhammacarim, chattam mahantam viyā vassakāle (Dhamma melindungi seseorang yang melaksanakannya, bagaikan payung besar di musim hujan).

Sembilan Ciri Mulia Sangha

Komunitas para siswa Buddha, yaitu:
  1. Delapan kelompok Ariya Sangha, menjalani latihan yang baik, dan disebut Suppañipanno.
  2. Komunitas para Siswa Ariya Buddha memiliki kejujuran, karena mereka mengikuti Jalan Tengah yang lurus, dan disebut Ujuppañipanno.
  3. Komunitas para Siswa Ariya Buddha berusaha untuk mencapai Nibbàna, karena itu, mereka disebut Nàyappañipanno.
  4. Komunitas para Siswa Ariya Buddha menjalani latihan yang benar, karena merasa malu untuk melakukan kejahatan dan merasa jijik untuk melakukan perbuatan jahat, selalu penuh perhatian, dan mengendalikan segala tindakan mereka, bahkan lebih memilih mati daripada melanggar moralitas, karena itu mereka disebut, Sàmãcippañipanno.
  5. Para siswa Buddha, Ariya Saÿgha terdiri dari delapan kelompok makhluk dalam empat pasang, individu-individu mulia: yang layak menerima persembahan yang dibawa dari jauh, dan disebut âhuneyyo.
  6. Layak menerima persembahan yang khusus dipersiapkan untuk tamu istimewa, dan disebut Pàhuneyyo.
  7. Layak menerima persembahan yang diberikan demi Nibbàna, dan disebut Dakkhiõeyyo.
  8. Layak menerima penghormatan dari tiga alam, dan disebut A¤jalikaraõãyo.
  9. Lahan yang teramat subur untuk menanam benih jasa, dan disebut Pu¤¤akhettaÿ Lokassa.

Rangkuman

  1. Setiap manusia selalu berusaha untuk mencari suatu perlindungan, tidak perduli apakah dia orang kaya, miskin, tinggi, pendek, besar atau kecil dan apakah ia laki-laki atau perempuan, bahkan dari agama apapun juga.
  2. Perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan.
  3. Orang cenderung menyalahkan perlindungan manusia di Indonesia yang umumnya dibangun dan difasilitasi oleh negara, Banyak orang tidak melakukan segala upaya untuk melindungi kepentingan dirinya dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya, terjaminnya keselamatan, baik sebelum, selama, maupun sesudah melakukan aktifitas.
  4. Ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan kata ”berlindung” itu mempunyai tiga aspek kemauan, pengertian, dan perasaan.
Renungan
  • Ia yang telah berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, dengan bijaksana dapat melihat Empat Kebenaran Mulia
  • Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir dari Dukkha serta Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menuju pada akhir Dukkha
  • Sesungguhnya itulah perlindungan utama. Dengan pergi mencari perlindungan seperti itu, orang akan bebas dari segala penderitaan. (Dhammapada 190-191-192)
  • Kelahiran Para Buddha merupakan sebab kebahagiaan. Pembabaran Ajaran Benar merupakan sebab kebahagiaan. Persatuan Sangha merupakan sebab kebahagiaan. Dan usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan. (Dhammapada 195)
Sekian pembahasan materi mengenai Manusia Berbagai Cara Mencari Perlindungan Ajaran Buddha dan juga tentang pengertian perlindungan, perlindungan fisik, perlindungan buddhis, berlindung kepada Buddha, sembilan kemuliaan agung Buddha, berlindung kepada dhamma, berlindung kepada Sangha, sembilan ciri mulia Sangha, semoga materi ini dapat mudah dipahami, selamat belajar!

0 komentar

Posting Komentar