Fenomena Alam dan Kehidupan dalam Agama Budha

>
Fenomena Alam dan Kehidupan dalam Agama Budha - Pada pembahasan materi agama Budha kali ini mengenai fenomena alam dan kehidupan adapun pembahasannya mengenai Fenomena Alam-Kehidupan dan ”Dewa Pencipta”, Berbagai Fenomena Alam, Berbagai Fenomena Kehidupan, untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam penjelasan berikut ini!

Fenomena Alam dan Kehidupan dalam Agama Budha

Tahukah kamu bahwa terdapat banyak fenomena alam dan kehidupan di semesta ini. Semua hal tersebut tidak kekal adanya. Semua berproses, ada kemunculannya, perkembangannya, dan ada lenyapnya.

Fenomena alam dan kehidupan manusia dapat memberi pelajaran pada kita bahwa kita harus bersahabat dengan alam. Alam akan selalu berubah sesuai dengan hukum kosmis. Seiring perubahan alam berdampak juga pada kehidupan manusia. Dengan demikian hendaknya kita tidak boleh memandang rendah peristiwa alam dan memandang rendah seseorang karena suatu ketika pernah berbuat salah. Setiap orang pernah berbuat salah serta berbuat bodoh, tetapi setiap orang pun bisa berubah menjadi baik dan tidak bodoh lagi. Dengan memahami fenomena, hendaknya kita belajar melihat segala persoalan secara bijak. Sikap yang terpenting adalah hendaknya kita jangan menunggu perubahan terjadi, tetapi harus aktif mengubah kondisi saat ini dari yang tidak memuaskan, diubah menjadi membahagiakan.
Fenomena Alam dan Kehidupan dalam Agama Budha
Fenomena Alam dan Kehidupan dalam Agama Budha

A. Fenomena Alam-Kehidupan dan ”Dewa Pencipta”

Secara umum, berbicara tentang asal mula fenomena alam dan kehidupan di dunia secara sederhana selalu dikaitkan dengan ”Dewa Pencipta”. Dalam hal ini yang menciptakan itu umumnya dimengerti sebagai Tuhan. Hal tersebut berhubungan dengan paham agama dan orang-orang tertentu yang memandang bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta, Maha Kuasa, dan lain-lain.

Dalam agama Buddha, kepercayaan terhadap dewa atau makhluk ’adi kodrati’ entah itu diberi nama Tuhan atau apa pun namanya yang dihubungkan dengan asal mula suatu kejadian atau fenomena, yang mengatur dunia dan menentukan nasib manusia adalah sebuah ’mitos’. Mitos adalah suatu kisah yang bukan realitas/kenyataan sebenarnya, tetapi ia berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Mitos sering ditemukan sebagai penjelasan atas sebuah fenomena alam. Misalnya, pada zaman dahulu orang percaya bahwa gunung meletus itu karena dewa gunung sedang marah, tetapi sekarang kita tahu bahwa gunung meletus adalah peristiwa kimiawi yang terjadi secara alamiah.

Maha Pencipta dalam agama Buddha lebih dipandang sebagai Hukum Dharma (Dhamma Niyama). Terjadinya segala sesuatu di dunia ini termasuk terjadinya alam semesta ini didasarkan pada suatu hukum yaitu Hukum Sebab Akibat dan Kondisi yang Saling Menjadikan. Artinya, bahwa suatu peristiwa atau fenomena itu terjadi bukan karena suatu pribadi yang maha kuasa, tetapi karena syarat-syarat atau hukumnya terpenuhi. Misalnya, syarat-syarat terciptanya roti. Roti dapat terjadi bila ada sebab dan kondisinya. Syarat-syarat atau hukum terjadinya roti adalah harus ada terigu, telur, air, bahan pengembang, gula, api dan lain-lain. Tanpa adanya sebab akibat dan kondisi tersebut roti tidak akan dapat dibuat.

B. Berbagai Fenomena Alam

Adapun fenomena-fenomena dimaksud antara lain tentang:
  1. Awan
  2. Cuaca
  3. Hujan
  4. Halilintar
  5. Gempa bumi
  6. Angin topan
  7. Gunung meletus

C. Berbagai Fenomena Kehidupan

Secara prinsip semua manusia memiliki kesamaan, yaitu menjadi subjek dari kotoran batin (kilesa). Namun terdapat banyak perbedaan di antara mereka. Sebagai contoh, beberapa di antara mereka ada yang kaya, sementara yang lainnya miskin, beberapa orang kuat dan sehat sementara yang lainnya lemah dan berpenyakitan, dan sebagainya. Ada banyak perbedaan di antara sesama manusia, apalagi perbedaan antara manusia dan binatang. Perbedaan ini adalah akibat dari karma.
gunung meletus
gunung meletus

Karma menjelaskan mengapa beberapa manusia bisa hidup beruntung sementara yang lainnya kurang beruntung, mengapa beberapa manusia berbahagia sementara yang lainnya tidak berbahagia. Buddha dengan sangat jelas mengatakan bahwa karmalah yang menyebabkan perbedaan antara makhluk hidup.

Selanjutnya marilah kita lihat lebih dekat apakah karma itu sesungguhnya, dengan kata lain marilah kita mendefinisikannya. Mungkin kita bisa mengawalinya dengan menetapkan apa yang bukan karma. Sering orang-orang salah dalam memahami karma. Dalam kehidupan sehari-hari, kata ’karma’ sering digunakan secara latah. Mungkin kamu sering menemui orang-orang yang dengan putus asa berbicara tentang situasi tertentu dan menggunakan ide tentang karma untuk memasrahkan dirinya. Ketika orang-orang berpikir tentang karma dengan cara ini, karma digunakan sebagai kendaraan untuk melarikan diri. Mereka percaya bahwa sebagian besar karakteristik adalah sesuatu yang sudah ditentukan atau ditakdirkan.

Tetapi jelas hal ini bukanlah pengertian yang benar dari karma. Mungkin kesalahpahaman ini disebabkan oleh ide tentang ’nasib’ yang berlaku pada masyarakat umum. Mungkin kepercayaan populer inilah yang menyebabkan konsep karma sering keliru dan tidak jelas bedanya dengan takdir. Tetapi karma sama sekali bukan takdir atau nasib.

Jika karma bukan takdir atau nasib, apakah karma itu? Mari kita lihat arti kata ’karma’. Karma berarti tindakan/perbuatan, tindakan untuk melakukan sesuatu. Sekarang kita memiliki indikasi yang jelas bahwa makna sesungguhnya dari karma bukanlah nasib, melainkan tindakan. Oleh karenanya bersifat dinamis. Tetapi karma lebih dari sekadar tindakan. Karma bukanlah tindakan mekanikal, juga bukan tindakan yang tidak sadar atau tanpa sengaja. Karma adalah tindakan yang berkehendak, sadar, yang dilakukan dengan sengaja dan didorong oleh bentuk-bentuk kemauan atau keinginan.
Orang berbuat baik
Orang berbuat baik

Bagaimana bisa tindakan yang berkehendak ini mengondisikan situasi manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk? Hal itu bisa terjadi karena setiap aksi sudah pasti memiliki reaksi atau akibat. Kebenaran ini sangat sesuai dengan fisika jagat raya yang diungkapkan oleh fisikawan klasik yang terkenal, Newton, yang merumuskan hukum  fisika bahwa semua aksi harus memiliki reaksi setara dan yang berlawanan. Dalam lingkup tindakan yang berkehendak dan tanggung jawab moral, terdapat kesesuaian dengan hukum aksi-reaksi yang mengatur kejadiankejadian dalam dunia fisik (semua aksi yang berkehendak harus memiliki akibat).

Rangkuman

Dalam kehidupan ini terdapat fenomena alam dan kehidupan. Fenomena-fenomena alam yang ada dan sering muncul dalam keseharian kita, misalnya munculnya cuaca atau awan yang silih berganti antara mendung dan cerah/terang, munculnya hujan dan panas, angin mamiri dan angin topan. Demikian juga, tidak jarang timbul adanya halilintar, gempa bumi, dan fenomena-fenomena lainnya.

Demikian pula dalam kehidupan umat manusia muncul berbagai fenomena kehidupan. Ada manusia yang cantik dan ada yang jelek, ada yang panjang umur dan ada pula yang pendek umur, ada yang kaya dan ada miskin, ada yang memiliki jabatan tinggi dan yang lainnya sebagai rakyat jelata, dan lain-lain. Fenomena yang menyangkut alam maupun kehidupan manusia semuanya diatur oleh hukum-hukum alam.

Renungan

Renungkan isi syair Dhammapada berikut ini, kemudian tulislah pesan apa yang dapat Kamu petik dari sabda Buddha tersebut:
Di dunia ini ia menderita, di dunia sana ia menderita: pelaku kejahatan menderita di dua dunia itu. Ia akan meratap ketika berpikir, Aku telah berbuat jahat, dan ia akan lebih menderita lagi di alam sengsara.
Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia: pelaku kebajikan berbahagia di dua dunia itu. Ia akan berbahagia ketika berpikir, Aku telah berbuat bajik, dan ia akan lebih berbahagia lagi di alam bahagia. (Dhammapada 17-18)

0 komentar

Posting Komentar