Penjelasan Kewajiban Varna Waisya bagian dari 4 Catur Varna dalam Hindu

>
Penjelasan Kewajiban Varna Waisya bagian dari 4 Catur Varna dalam Hindu - Pada pembahasan materi agama Hindu kali ini mengenai Penjelasan Kewajiban Varna Waisya  yang merupakan salah satu dari bagian dari 4 Catur Varna dalam agama Hindu, untuk lebih mudah dipahami dapat kalian simak dalam penjelasan singkat berikut ini!

Kewajiban Varna Waisya

Varna Waisya merupakan Varna yang ketiga dalam susunan Catur Varna. Kata Waisya (aslinya Vaisya) berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Vie” artinya bermukim di atas tanah tertentu. Dari urat kata tersebut lalu berkembang menjadi kata Waisya yang artinya golongan pekerja atau seorang yang mengusahakan pertanian.
Penjelasan Kewajiban Varna Waisya bagian dari 4 Catur Varna dalam Hindu
Penjelasan Kewajiban Varna Waisya bagian dari 4 Catur Varna dalam Hindu

Demikianlah dijelaskan oleh A.A. Mac Donel dalam kamusnya. Dari keteranganketerangan berikutnya memang peranan dan fungsi Varna Waisya tidak begitu jauh menyimpang dari arti katanya. Peranan dan fungsi Waisya dijumpai dalam beberapa pustaka suci Hindu. Dalam Slokantara, 37, diuraikan kewajiban Waisya sebagai berikut:

Vaicyah krsivalah karyo gopah
sasya bhrtwratah Wartayukto
grhopatah ksetrapalo ‘tha Vaisyajah.
Kalingannya, karyaning sang Waisya,
masawahsawah rumaksa ring lembu,
dhumaranang pari, maka sahaya wuluku,
kahananya umunggah ringgrha kathanyan.
Ksetrapala ngaranya rumaksa sawah.
Yeka Waisya sasana, ling sang Hyang Aji.

Terjemahan:
Orang Waisya harus bekerja sebagai petani, pengembala, pengumpul hasil tanah, bekerja dalam lapangan perdagangan dan mempunyai hotel-hotel dan rumah penginapan. Orang yang lahir di keluarga Waisya itu lahir sebagai pelindung ladang. Pekerjaan seorang Waisya ialah peladang, memelihara ternak, mengumpulkan padi dan membajak, tempat dalam bertugas ialah pondok. Ksetrapala artinya pelindung ladang. Demikianlah kewajiban seorang Waisya menurut kitab suci.

Demikian pula Bhagavadgītā XVIII, 44, menguraikan kewajiban Varna Waisya yang tidak begitu jauh dengan uraian Slokantara di atas. Uraian tersebut adalah sebagai berikut:

kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ
vaiśya-karma svabhāva-jam
paricaryātmakaḿ karma
śūdrasyāpi svabhāva-jam
kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ
vaiśya-karma svabhāva-jam...
Terjemahan:
Bercocok tanam, beternak sapi dan berdagang adalah karma (kewajiban) Waisya menurut bakatnya.....

Sloka ini diterjemahkan oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra sebagai berikut: “Pertanian, pemeliharaan ternak, dan perdagangan adalah kewajiban Waisya yang lahir dari alamnya.” Jadi singkatnya fungsinya di sini adalah berfungsi dalam bidang ekonomi.

Dalam Manawa Dharmasastra I , 90, kewajiban Waisya adalah sebagai berikut:

Paśūnām raksanam dānam
Ijyā dhyanam eva ca
Vanikpatham kusidam ca
Vaiśyasya krsin eva ca

Terjemahan:
Para ditugaskan untuk memelihara ternak, memberikan hadiah, melakukan upacara korban, mempelajari Veda, berdagang, meminjamkan uang, dan bertani.

Ayat (sloka) ini merupakan lkamusan hukum untuk menentukan apakah seseorang tergolong Waisya atau bukan. Berdasarkan ayat ini kriteria seorang Waisya secara fungsional yaitu beternak, berdana, beryadnya, berguru, berdagang, membungakan uang, bertani dan sebagainya yang kesemuanya berkisar di bidang perekonomian.

Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Varna Waisya itu dibolehkan membungakan uang. Namun, membungakan uang terbatas untuk kepentingan yang produktif dan bukan untuk kepentingan konsumtif. Tidak pula dibenarkan meminjamkan uang dengan motif pemerasan atau yang dikenal dengan istilah riba.

Selanjutnya pustaka suci Sarasamuccaya, 59, juga menguraikan tentang kewajiban Varna Waisya sebagai berikut:

Waiśyo’ ‘dhitya brāhmanāt ksatriyādwā
dhanaih kāle Sambiwhajyāśritamśca
tretāpūrwan dhūmāmaghrāya punyam
pretya swarge dewasukha bhinukte.
Nihan ulaha Sang waiśya, mangajya sira ri sang Brāhmaṇa, ri sang
Kṣatriya kuneng, mwang maweha dāna ri tekaning dānakāla, ring
śubhadiwasa,dumdumana nira ta sakwehning mamaracraya ri sira mangelema
amūjā ring sang hyang tryagni sang hyang apuy tiga, pratyekenira,
ahawaniya,garhaspatya, citāgni. āhawanidha ngaranira apuy ning asuruhan,
rumateng pinangan, Garhaspatya ngaranira apuy ri winarang, apan agni saksika
kramaning-winarang i kālaning wiwāha,citāgni ngaranira apuy ning manunu
cawa, nahan ta sanghyang tryagni ngaranira, sira ta pujan de sang waicya,
ulah nira ika mangkana, ya tumekaken sira ring swarga dlaha.

Terjemahan:
Yang patut dilakukan oleh Sang Waisya ialah ia harus belajar pada Sang Brāhmaṇa maupun pada Sang Kṣatriya, dan hendaknya ia memberikan sedekah pada saatnya/waktu persedekahan tiba, pada hari yang baik, hendaklah ia membagi-bagikan sedekah kepada semua orang yang meminta bantuan kepadanya dan taat mengadakan pemujaan terhadap tiga api suci yang disebut Tri Agni. Yaitu tiga api suci yang perinciannya adalah: Ahawania, Grehaspatya dan Citagni. Ahawania artinya api tukang masak untuk memasak makanan, Grehaspatya artinya api untuk upacara perkawinan, inilah api yang dipakai pada waktu perkawinan sebagai api yang berfungsi sebagai saksi dalam perkawinan, Citagni artinya api untuk membakar mayat itulah api yang disebut tri agni, ketiga api inilah yang harus dihormati dan dipuja oleh Sang Waisya, perbuatannya itu akan mengantarkan ia kelak ke surga.
Memiliki kemampuan dalam mengolah tanah atau bertani dengan baik.
Memiliki kemampuan dalam mengolah tanah atau bertani dengan baik.

Keterangan Sarasamuccaya ini seperti berbeda dengan keterangan pustaka-pustaka suci Hindu di atas, namun kalau direnungkan lebih mendalam tidak ada perbedaan yang bersifat prinsip. Cuma keterangan Sarasamuccaya ini sedikit menambahkan bahwa seorang Waisya dalam fungsinya sebagai pengatur ekonomi tidak boleh lepas dengan prinsip agama dan prinsip spiritual. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa sistem ekonomi Hindu, adalah ekonomi yang menyejajarkan antara kebutuhan jasmani dan rohani.

Dari seluruh keterangan di depan, maka seluruh kewajiban Varna Waisya cukup jelas yaitu berperan dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi. Keterangan ini sangat erat hubungannya dengan keterangan Chandra Prakash Bhambhri bahwa salah satu tugas atau lapangan Dkamuniti adalah mewujudkan kemakmuran yang disebut dengan istilah Vartta. Vartta ini meliputi tiga unsur pokok yaitu: pertanian (agricultural), peternakan (cattle breading), dan perdagangan (trade). Resi Kautilya menyebutkan istilah Krsi, Raksya, dan Wanijyam. Jadi, jika disimpulkan, tugas Varna Waisya adalah untuk kemakmuran negara.

Tugas-tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Waisya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam, harus tahu soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam seluk beluk timbangan dan barang-barang yang paling banyak mendatangkan keuntungan.

Waisya harus mahir dalam bidang peternakan. Mereka harus selalu berdana punia pada golongan Brāhmaṇa dan membiyayai pendirian tempat-tempat ibadah. Jadi Varna Waisya adalah golongan fungsional yang setiap orang memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat, negara, dan kemanusiaan.

Sekian pembahasan mengenai Penjelasan Kewajiban Waisya bagian dari 4 Catur Varna dalam Hindu yang meliputi tugas dan kewajiban yang harus di miliki oleh seorang Waisya bukan saja berarti seorang berdagang, meminjamkan uang, dan bertani saja, namun harus juga dapat memelihara ternak, memberikan hadiah, melakukan upacara korban, mempelajari Veda, semoga penjelasan tersebut dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami, jika bukan materi ini yang sobat cari, mungkin artikel di bawah ini dapat menjawabnya!

0 komentar

Posting Komentar